Oleh Hertini, S.Pd., M.Pd.
Pergumapi.or.id--Pengertian pendidikan Islam menurut Dr. Yusuf Qardawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, serta akhlak dan keterampilannya. Kemudian Azyumardi Azra memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. Berdasarkan dua pengertian tersebut, ada penekanan yang begitu strategis pada nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan) dalam pendidikan Islam yang berasal dari sumber-sumber nilai Islam, yakni Al-Qur’an, sunah, dan ijtihad. Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan, baik jasmani maupun rohani berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim.
Dalam sejarah Islam, penyelenggaraan konsep pendidikan Islam menurut Al-Qur’an telah dimulai oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya (Khulafa’ur-Rasyidin) dengan mengajarkan baca-tulis bagi sepuluh orang penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar. Pada masa itu, Nabi Muhammad saw. senantiasa menanamkan kesadaran kepada para sahabat dan pengikutnya akan keutamaan ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan banyaknya firman Allah Swt. dan hadis Rasulullah saw. yang menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki pengetahuan.
Bagi kita umat manusia pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa, sesuai dengan harkat dan derajat kemanusiaan sebagai khalifah di atas bumi. Penghargaan Allah terhadap orang-orang yang berilmu dan berpendidikan dilukiskan pada ayat-ayat berikut. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan derajat (yang banyak)” (QS. Al Mujadalah 11). “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS, An-Nahl 43). “Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui'" (QS.Az.Zumar:9).
Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat pendidikan dan pengajaran dengan makna luas dan mendalam. Perilaku Nabi Muhammad saw. sendiri, selama hayatnya sarat dengan nilai-nilai pendidikan yang tinggi sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab: 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Konsep pendidikan Islam tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan pada pembentukan keribadian yang utuh dan bulat. Pendidikan Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas sesuai dengan firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 208, yang artinya ”Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Konsep pendidikan Islam yang mengacu kepada ajaran Al-Qur’an, sangat jelas terurai dalam kisah Luqman. Menurut Dr. M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar yang menukil beberapa ayat Al-Qur’an dalam Surat Luqman, Beliau mengatakan ada tiga kaidah pokok pendidikan dalam Islam menurut Al-Qur’an yang dijalankan oleh Luqman kepada anaknya:
1. Peletakan pondasi dasar berupa penanaman keesaan Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan kesempurnaan-NyaKalimat tauhid adalah fokus utama pendidikannya. Tidak ada pendidikan tanpa iman.Tak ada pula akhlak, interaksi sosial, dan etika tanpa iman. Apabila iman lurus, maka lurus pulalah aspek kehidupannya, karena iman selalu diikuti oleh perasaan introspeksi diri dan takut hanya kepada Allah Swt. Dari sinilah Luqman menegaskan hal itu kepada putranya dengan berkata, “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. 31:16).
Seorang mukmin mesti berkeyakinan bahwa tak ada satu pun yang bisa disembunyikan dari Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang ada dalam lipatan hati manusia. Dari sinilah ia akan melakukan seluruh amal dan aktivitasnya semata untuk mencari ridha Allah tanpa sikap riya atau munafik, dan tanpa menyebut-nyebutnya ataupun menyakiti orang lain.
Luqman memerintahkan anaknya untuk salat, memikul tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar, serta menanamkan sifat sabar. Salat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh ditinggalkan selama masih berakal baik.
Amar ma’ruf nahi munkar merupakan istilah untuk kritik konstruktif, rasa cinta dan perasaan bersaudara yang besar kepada sesama, bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan dan ghibah. Umat Islam telah diistimewakan dengan tugas amar ma’ruf nahi munkar ini melalui firman-Nya, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. 3:110).
Sabar itu bermacam-macam. Ada sabar atas ketaatan hingga ketaatan itu ditunaikan, ada sabar atas kemaksiatan hingga kemaksiatan itu dihindari, dan ada pula sabar atas kesulitan hidup hingga diterima dengan perasaan ridha dan tenang. Seorang beriman berada di posisi antara syukur dan sabar. Dalam kemudahan yang diterimanya, ia pandai bersyukur. Sedang dalam setiap kesulitan yang dihadapinya, ia mesti bersabar dan introspeksi diri.
Metode pendidikan Luqman menumbuhkan sikap yang luhur serta keutamaan-keutamaan budi pekerti yang agung. Luqman menggambarkan hal itu untuk putranya dengan larangan melakukan kemunkaran dan tak tahu terima kasih, perintah untuk tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat dalam berjalan, serta merendahkan suara. Seorang muslim perlu diingatkan untuk tidak boleh menghina dan angkuh. Sebab, semua manusia berasal dari nutfah yang hina dan akan berakhir menjadi bangkai busuk. Ketika hidup pun, ia kesakitan jika tertusuk duri dan berkeringat jika kepanasan.
Di dalam ajaran Islam, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Keduanya berkewajiban mendidik anak-anaknya untuk mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. yang menyatakan bahwa “Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya, maka kedua orangtuanya yang menjadikan dirinya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari). Kewajiban ini juga ditegaskan dalam firman-Nya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (QS. 20:132).
Dalam ayat lain, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. 66:6)
Dalam Islam, pentingnya pendidikan tidak semata-mata mementingkan individu, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai sumber belajar.
Seorang peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan potensi manusia sebagai pemimpin sebagimana firman Allah Swt. dalam Q.S. Al Baqarah ayat 30 menyatakan ”Sesungguhnya Aku jadikan manusia sebagai pemimpin (khalifah) di atas bumi”. Kaitan dengan pentingnya pendidikan bagi umat, Allah SWT berfirman, ”Hendaklah ada di antara kamu suatu ummat yang mengajak kepada kebajikan dan memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. 3:104).
Konsep pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem pendidikan yang holistik dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang seharusnya saling menguatkan satu sama lain, sebagimana doa Rasulullah saw., “Ya Allah, ajarilah aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta karuniakanlah padaku ilmu yang bermanfaat”. Dari doa tersebut terungkap bahwa kualitas ilmu yang didambakan dalam Islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu. Hal ini terlihat dari hadits Rasulullah saw., “Iman itu bagaikan badan yang masih polos, pakaiannya adalah taqwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.”
Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi tidak mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh asas-asas agama dan akhlak atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan menimbulkan dampak yang merusak.
Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosof, dan ilmuwan Islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik khas insani, di mana manusia mempunyai kecenderungan untuk menuju ke arah kebenaran dan wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Tetapi di lain pihak manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains).
Al-Qur’an berkali-kali meminta manusia membaca tanda-tanda alam, menantang akal manusia untuk melihat ke-Maha-Kuasa-an Allah pada makhluk lain, rahasia penciptaan tumbuhan, hewan, serangga, pertumbuhan manusia, kejadian alam dan penciptaan langit bumi. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berisikan tentang kejadian-kejadian di sekitar kita yang menuntut pemahaman dengan sains atau akal manusia. Karena itu, seorang muslim juga diwajibkan untuk mempelajari sains, karena sains hanyalah salah satu pembuktian kekuasaan Allah, disamping ayat-ayat qauliyah. Karenanya, konsep pendidikan dalam islam menurut Al-Qur’an pun tidak hanya berisi materi-materi pendidikan keagamaan saja.
Al-Qur’an menawarkan konseptualisasi pendidikan, yang berintikan ilmu naqliyah yang melandasi semua ilmu aqliyah, sehingga diharapkan dapat mengintegrasikan antara akal dan wahyu, ilmu-ilmu syar’iyyah dan ilmu-ilmu ghairu syar’iyyah dalam proses pendidikan. Melalui upaya tersebut dapat merealisasikan proses memanusiakan manusia sebagai tujuan pendidikan, yaitu mengajarkan, mengasuh, melatih, mengarahkan, membina dan mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam rangka menyiapkan mereka merealisasikan fungsi dan risalah kemanusiaannya di hadapan Allah Swt., yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. dan menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi, sebagai makhluk yang berupaya mengiplementasikan nilai-nilai ilahiyah dengan memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup bersama dengan aman, damai dan sejahtera. (*)
Hertini, S.Pd. M.Pd. adalah Guru MIS 05 Darussalam Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.
Thanks for reading Konsep Pendidikan Islam Menurut Al-Qur'an | Tags: Artikel
« Prev Post
Next Post »
0 komentar on Konsep Pendidikan Islam Menurut Al-Qur'an
Posting Komentar