WFH dan LFH Efek Bombardir Covid-19

Mei 27, 2020
Rabu, 27 Mei 2020
Stayathome efek bombardir Covid-19. Gambar: Lasandora.com

Septiana Farida, S.Pd., M.Pd.
Anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis

Pergumapi.or.id--Bahagia dan duka lara sewajarnya hadir berdampingan dalam siklus kehidupan. Keduanya saling menyertai, tidak ada bahagia seterusnya atau sedih seterusnya. Hampir pasti setiap insan manusia mengalaminya secara bergantian. Badai Covid-19 yang eksis menjadi trending topic hampir dua bulan terakhir pun serta merta menghadirkan paket suka duka. Ada hal positif yang terenggut dan melahirkan kedukaan, atau justru menciptakan bentuk kebahagiaan lainnya. Hal ini ditentukan dari arah mana kita mencerna dan sudut pandang orang ke berapa yang kita gunakan pun kacamata versi apa yang kita pakai. Ragam objektivitas harus dikedepankan agar semua analisis yang dikenakan untuk menghasilkan simpulan tidak menimbulkan polemik baru. Semua harus dikaji dengan kepala dingin.

Kebijakan Work From Home (WFH) yang diberlakukan secara masif untuk seluruh kalangan pekerja dan langkah Learn From Home (LFH) yang diambil sebagai solusi agar pembelajaran tetap berlangsung, reflek membentuk banyak kondisi. Umumnya, secara personal banyak yang merasakan bahwa hal itu adalah sebuah kedukaan karena tiba-tiba harus berdiam di dalam rumah, dibatasi gerak, disertai segala rasa bosan yang bakal mendera. Namun, ternyata di balik itu ada kebahagiaan yang terasa karena dapat menghabiskan waktu full time 24 jam bersama anggota keluarga. Sebuah hal yang diidamkan selama berkutat dalam pekerjaan di waktu-waktu sebelumnya. 

Kondisi lain yang terpantau akibat anjuran stay at home atas wabah pandemik ini adalah  gerakan karantina wilayah yang diberlakukan di segenap daerah, pemberlakuan jam efektif pasar, juga penghentian arus bepergian keluar daerah termasuk larangan tradisi mudik jelang hari raya yang otomatis memvakumkan perjalanan setiap alat transportasi. Intinya, segala bentuk peniadaan aktivitas-aktivitas kerumunan adalah hal utama yang patut diupayakan untuk memberhentikan penyebaran rantai Covid-19. Ihwal keadaan tersebut memunculkan kemurungan sektor perekonomian dan dapat dianggap sebagai negativitas dari Covid-19. Tapi, apakah bijak apabila kita picik melihat hanya dari satu sudut tersebut? Mari, luaskan cara pandang.

Para guru sebagai salah satu pekerja yang terdampak WFH karena Covid-19 tiba-tiba harus dapat mengoperasikan aneka aplikasi teknologi informasi untuk mempermudah jalannya pembelajaran daring. Tentu ini merupakan hal positif meskipun awalnya terpaksa dan berat dilaksanakan. Selama LFH, Mendikbud menganjurkan agar pemberian tugas tidak memberatkan siswa dan baiknya dikaitkan dengan tema Covid-19 untuk memperdalam wawasan siswa tentang wabah yang sedang melanda. Pada realisasinya hal tersebut tentu tidak mudah diwujudkan. Ada beberapa kondisi yang menghambat kelancaran proses LFH, yaitu berupa kendala teknis karena banyak mengandalkan jaringan internet. 

Keluhan-keluhan muncul dari para orang tua yang tidak selalu dapat mendampingi anak mereka dalam penyelesaian tugas. Dalam hal ini terkait situasi siswa yang belum memiliki gawai secara pribadi sehingga hanya dapat mengakses tugas dengan meminjam gawai orang tua mereka. Keluhan versi berikutnya adalah tidak semua orang tua mampu menyediakan fasilitas atau memenuhi kebutuhan pulsa. Hal-hal tersebut memang menjadi kendala yang harus disikapi bijaksana, yaitu pihak guru seyogianya memberikan dispensasi dan alternatif solusi agar siswa tetap dapat mengikuti dan menyelesaikan tugas dengan baik. Selain langkah bantuan pembelian pulsa bila mungkin dilakukan.

Pembelajaran ringan dan menyenangkan agar siswa terjaga kebahagiaannya adalah bagian penting yang harus diusahakan. Kondisi psikologis yang nyaman dibutuhkan agar keadaan imun tubuh stabil dan menghindarkan dari risiko terjangkitnya virus ke dalam tubuh. Oleh karenanya, para guru harus memiliki beragam ide untuk mengemas pembelajaran agar berlangsung menarik dan mendidik. Hal positif kedua yang terlahir akibat WFH, yaitu kreativitas guru yang terasah. 

Pada akhirnya, keberlangsungan WFH dan LFH yang masih terus diperpanjang masa berlakunya ini memang belum dapat dipastikan kapan berakhirnya. Beragam rancangan aktivitas pembelajaran menarik harus tetap dipersiapkan oleh para guru, ketertiban penyelesaian tugas-tugas pun mesti terus diupayakan oleh para siswa. Tidak ada pilihan selain menaati anjuran untuk ajek berdiam di rumah dan menjalankan kewajiban secara konstan dengan sepenuh jiwa raga. Secara jiwa harus penuh pikiran positif dan perasaan bahagia, secara raga kudu penuh asupan gizi dan sehat fisiknya. Semua pihak harus mampu bertahan hingga tiba masa pandemi berakhir dan aktivitas kembali berjalan normal. Di saat itu hampir pasti seluruhnya seperti berada pada mode restart, bagai manusia baru yang terlahir karena harus mengatur beberapa setelan pada dirinya untuk bergulat dengan rutinitas padat yang lama mati suri. Semoga saat itu tiba semua insan tumbuh menjadi manusia yang lebih peduli kebersihan dan senantiasa bersyukur dengan mengingat banyak nikmat dari Tuhan YME. (*)

Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Artikel Pergumapi 2020. Panitia tidak melakukan penyuntingan, isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Thanks for reading WFH dan LFH Efek Bombardir Covid-19 | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

36 komentar on WFH dan LFH Efek Bombardir Covid-19

  1. Bagus sekali mbak Septi,,, sangat menginspirasi.. terimakasih untuk karyanya.. sukses ya๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
  2. Semangat Bunda Ida, semangat terus berkarya apapun yg terjadi ๐Ÿ‘๐Ÿ‘

    BalasHapus
  3. Keren Ida.. semangat berkarya..

    BalasHapus
  4. Pembelajaran ringan menyenangkan...harus itttuu..ketrampilan hidup sprti bantu emak masak jg kesempatan bgt itu...anak g cuma diasah intelegensinya...tp empati dgn sekitar perlu. Semangatttt mbaak

    BalasHapus
  5. Apikkk mba Ida...selalu suka sama tulisan mba Ida..

    BalasHapus
  6. Keren... Kudu belajar nih sama ahli nya. ..semoga bermanfaat... Aq share ya mbak.. ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    BalasHapus
  7. Fenomena langka yang tertuang hampir disegala hal, tak terkecuali karya sastra. Ikut dalam menyuarakannya artinya ikut peduli di dalamnya. Sebuah tulisan yang menarik mudah dinikmati, karena semua sedang mengalami. ๐Ÿ‘

    BalasHapus
  8. Pilihan katanya ciamik, pas dan lugas mewakili pandangan para pendidik menghadapi pandemi ini. Semoga berhasil ya ...Mb Septi

    BalasHapus
  9. Inspiring. Apik mbak Septi

    BalasHapus
  10. Menginspirasi para pendidik di masa penuh tantangan, siip

    BalasHapus
  11. Tulisan yang bagus daaa...���� sukses selalu.aamiin

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. artikelnya sangat menarik, terimakasih ๐Ÿ˜Š๐Ÿ™

    BalasHapus
  14. Keren artikelnya Da..
    Semoga bisa terus berkarya ��

    BalasHapus
  15. Bagus, mbak, semangat,
    belajar menyenangkan, itu yg belum kurasakan sebagai pendamping anak ketika mereka mengerjakan tugas daring๐Ÿ˜จ

    BalasHapus
  16. Baik siswa, guru, maupun orangtua belum ada yang siap dengan situasi daring ini. Namun bukan berarti tidak bisa apa apa. Semangat ya para guru.. berkolaborasi bersama orangtua untuk memekarkan potensi anak didik kita. Yuk gunakan metode project based learning... Anak akan lebih mandiri belajar, terus bereksplorasi dan kreasi..

    BalasHapus
  17. Tulisan-tulisanmu selalu keren nih, mbak... Dari yang realistis hingga yang melankolis. Sukses selalu, mbak...

    BalasHapus
  18. Betuul mba, tulisan ini nyata sekali kejadiannya. Akhirnya, sekarang banyak org tua yg ikut upgrade kemampuan menjdi pendidik layaknya sosok guru saat disekolah.

    BalasHapus
  19. Bahasa yang digunakan sudah bagus, enak dibaca. Isi juga keren. Semoga sukses.

    BalasHapus
  20. Semangat untuk selalu berkarya ya mbak Septi, sukses selalu

    BalasHapus
  21. Semangat mbak ❤

    BalasHapus
  22. Harus tetap bersyukur, tulisan yang keren.

    BalasHapus
  23. Apik tulisannya.. sepakat.. WFH dan LFH memacu guru utk lebih kreatif, wali murid sebagai pendidik yg utama jg dikembalikan fitrahnya buat tidak hanya sekedar menggantungkan pendidikan anak2nya pada guru dan sekolah. selalu ada hikmah. dan sekali lagi, kreativitas seringkali lahir dari kesulitan. "the power of kepepet" is trully real.. hehehee.. semangat mbaa.. ^^

    BalasHapus
  24. Kereeen mb Septii๐Ÿ‘๐Ÿ‘, semangat terus berkarya dan menebar banyak manfaat buat sekitar ๐Ÿ’ช

    BalasHapus
  25. Uwaaapiik mbuaaaaak.. tetep semangaaaaaaaat

    BalasHapus
  26. Unchhh bagus sekali ibu septi isinya bermanfaat sekali

    BalasHapus
  27. mantap Bu Sep�� berguna sekali

    BalasHapus
  28. Semangat berkarya terus mbak... Sangat inspiratif ����

    BalasHapus
  29. Terimakasih Bu Septi, sudah menebar manfaat. Semangat terus membersamai siswa LFH..

    BalasHapus
  30. Bagus......��

    BalasHapus