Kecerdasan majemuk. Gambar: Kaaffah.xyz |
Sri Rohati
Anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis
Anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis
Pergumapi.or.id--Masih ingatkah kita dengan kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner? Dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: Teori Kecerdasan Intelegence , ia mengemukakan bahwa yang dimaksud kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan suatu masalah dalam menciptakan suatu produk yang bernilai pada suatu budaya . Sembilan macam kecerdasan itu terdiri dari kecerdasan bahasa, visual, musikal, logika matematika, interpersonal, intrapersonal, naturalis, kinestetis dan eksistensial.
Di kelas luar jaringan kala pandemi corona belum terjadi , karena kepadatan jadwal pelajaran membuat sebagian siswa belum sempat mengekspresikan potensi dirinya . Mereka lebih banyak belajar secara klasikal. Ada sisi kurangnya dalam belajar secara klasikal, yakni tidak semua siswa mendapat kesempatan penuh mengekspresikan dirinya. Kita tahu bahwa perbandingan jumlah antara guru dan siswa jauh dari seimbang sehingga satu guru harus membagi perhatian pada banyak siswa. Tetapi ini tentu kebijakan yang tak bisa kita elakkan.
Nah, pada saat pembelajaran dalam jaringan , pintu untuk mengekspresikan diri terbuka lebar. Kamar terbatas dimana siswa belajar, menjadi tanah lapang yang luas untuk menampilkan dirinya sesuai dengan kecerdasan majemuk yang mereka miliki. Bagi kita para pendidik ini menjadi tantangan yang seru. Kita bisa menggali potensi mereka dengan memberikan tugas sesuai kecenderung yang mereka miliki. Dalam satu tema mata pelajaran kita bisa memberikan tugas dengan nuansa yang berbeda beda.
Misalnya dalam pelajaran IPS, ketika membahas masa reformasi, kita bisa memberi tugas melukis situasi reformasi di Jakarta pada anak yang mempunyai kecerdasan visual. Hiruk pikuk pergantian kekuasaan pada tahun 1998 pasti lebih terasa atmosfernya dalam lukisannya. Untuk yang cerdas musikal bisa kita memberikan kesempatan untuk mengumpulkan lagu-lagu, menyanyikan dan memaknai lagu tersebut sehingga semangat reformasi terpatri di dada. Biarkan gelora membahana dalam syair yang mereka dendangkan. Untuk siswa yang cerdas bahasa akan suka sekali kalau kita beri ruang berkarya dalam bentuk puisi atau membuat makalah. Sedangkan si cerdas ekstensial biarkanlah ia membuat perenungan yang mendalam mengapa peristiwa ini bisa terjadi lalu mengambil hikmahnya. Dari si interpersonal orator-orator yang menggelegar akan kita dengarkan, asal mereka kita percayai untuk menyuarakannya.
Penulis sendiri mengadakan sayembara menulis kala hari Minggu tiba. Temanya antara lain pengalaman belajar di rumah dan pengalaman dalam mengahadapi wabah corona. Tujuan utamanya agar mereka kerasan berada di rumah. Dengan hadiah sederhana berupa buku bacaan atau pulsa, acara seperti ini bisa menumbuhkan semangat baru bagi siswa yang suka menulis. Siapa tahu, setelah badai corona berlalu akan muncul mentari kreatifitas kepenulisan. Menulis juga murah , asal punya buku dan pena siapapun bisa menulis . Sebagian siswa mungkin terkendala sinyal dalam mengikuti pembelajaran daring, tugas manual semacam ini diharapkanbisa membantu situasi ini. Untuk referensi kita bisa merekomendasikan buku-buku di perpustakaan daring atau membaca berita-berita yang tersebar di internet. Tentu dengan pemberian bimbingan terlebih dahulu, bagaimana cara mencari sumber-sumber yang terpercaya.
Dalam masa penantian yang panjang rasa jenuh seringkali datang. Saat itulah kegiatan menulis juga bisa menjadi terapi untuk mengeluarkan segala beban . Termasuk beban kejenuhan dan tekanan karena kondisi yang cukup menyulitkan karena pandemi corona, apalagi belum ada kejelasan kapan berakhir.
Dalam bekerja dari rumah sering timbul kerinduan di hati penulis untuk bertemu dengan para siswa. Bagaimanapun juga pertemuan seperti itu tak bisa tergantikan oleh alat komunikasi apapun. Ada nuansa canda yang terlewat, hangat tawa yang lenyap dan gelora kebersamaan yang tertahan kala pertemuan hanya lewat gawai atau laptop. Sisi naluriah kita tetap membutuhkan sentuhan pergaulan yang alami. Sungguh kini baru terasa bahwa sejatinya sebuah pertemuan adalah kenikmatan. Keamanan dan kenyamanan di permukaan bumi yang kita reguk di hari kemarin , ternyata adalah kenikmatan yang sangat berharga. (*)
Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Artikel Pergumapi 2020. Panitia tidak melakukan penyuntingan, isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Thanks for reading Kamar Daring, Tanah Lapang Kreativitas | Tags: Artikel Lomba artikel 2020
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Bagus, Bu.
BalasHapus