Siswa MTsN 2 Bantul sedang mengerjakan Ujian CBT melalui E-learning Madrasah. |
Yulian Istiqomah, S.Pd.
Guru MTs Negeri 2 Bantul, Anggota Pergumapi
Pergumapi.or.id--Bagaimana apabila pembelajaran dijalankan secara online atau belajar di rumah (Learn at Home) tanpa guru harus tatap muka dengan siswa di kelas? Pertanyaan ini telah menuai pro dan kontra di kalangan pelaku pendidikan. Banyak yang mendukung proses pembelajaran online, banyak pula yang menentangnya. Sikap kontra ini muncul sebab adanya pandangan bahwa siswa membutuhkan interaksi sosial secara langsung dengan guru maupun siswa lain untuk menumbuhkan karakter positif dalam dirinya. Selain itu, sebuah aplikasi juga dipandang tidak mampu memuat semua hal yang diinginkan guru.
Pada awal tahun 2020, setelah munculnya pandemi covid-19 yang berasal dari kota Wuhan, China, penerapan sistem belajar di rumah (Learn at Home) kembali menjadi pembicaraan publik di Indonesia. Ketika pada akhirnya masyarakat Indonesia pun tak luput dari paparan virus corona (covid-19), Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) mengambil kebijakan agar Lembaga Pendidikan di wilayah pandemi memberlakukan belajar di rumah (Learn at Home), sesuai dengan arahannya dalam surat edaran resmi Mendikbud nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19, pada 17 Maret 2020.
Di tingkat madrasah, kepala madrasah lantas mengundang semua wakil kepala dan wali kelas untuk membahas persiapan pembelajaran online sesuai dengan edaran dari Mendikbud tersebut. Para wali pun dipandang memiliki peranan penting yang dapat dioptimalkan untuk mengoordinasi siswa di kelasnya selama pembelajaran online di era pandemi covid-19.
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh wali kelas untuk menyukseskan belajar di rumah (Learn at Home) di kelasnya. Berbagai upaya tersebut adalah (1) mendata dan membuat grup media sosial kelas; (2) belajar cepat berbagai aplikasi pembelajaran online; (3) menjadi operator sekaligus tutor bagi siswa dalam penggunaan aplikasi pembelajaran online; (4) mengelola pembiasaan karakter dan life skill siswa secara online; (5) merekap dan melaporkan hasil pembelajaran siswa; (6) membuat dan mengisi form rekapan pengumpulan penugasan siswa; (7) melakukan komunikasi dengan siswa maupun orang tua siswa yang masih belum mengumpulkan penugasan; dan (8) mengoptimalkan perannya selama 24 jam untuk menyemangati siswa dalam menuntaskan semua.
Sistem belajar dari rumah (learn at home) tentu saja tidak lepas dari berbagai kendala, diantaranya: (1) orang tua di rumah juga tidak paham IT (gaptek), sehingga siswa harus mempelajari aplikasi e-learning secara otodidak, beberapa dari siswa bahkan ada yang menyerah sebelum mencoba; (2) guru mapel lantas tidak online saat jadwal mapelnya, sehingga setelah memberikan tugas pada wali kelas, wali kelas harus merangkap menjadi tutor; (3) tidak semua siswa memiliki HP atau keterbatasan kuota dan sinyal; (4) guru mapel kurang lengkap dan jelas dalam memberikan prosedur langkah kerja penugasannya, sehingga siswa bingung; dan (5) perbedaan karakter siswa yang rajin dan yang malas menjadi tampak jelas, siswa yang rajin check list laporan penugasan lengkap, sedang yang malas akan nampak merah pada beberapa kolom mata pelajaran.
Akan tetapi sebaliknya, sistem belajar dari rumah (learn at home) juga terdapat sisi putih atau manfaat yang dapat dirasakan siswa, diantaranya: (1) ada komunikasi lebih intensif antara siswa dan orang tua sehingga hubungan keduanya semakin erat; (2) siswa menjadi lebih mandiri dalam pembelajaran, tidak bergantung teman; (3) siswa yang semula tidak percaya diri sehingga skill tidak tampak kini tampak; (4) ternyata banyak siswa yang dipandang malas saat offline menjadi rajin dan responsif saat online; (5) siswa mengetahui manfaat gawai yang lebih positif bahwa gawai tidak hanya untuk hiburan tetapi juga bisa untuk belajar; (6) siswa senang bersaing secara sportif dalam berkarya; dan (7) pergaulan siswa lebih terjaga dan meminimalkan kenakalan remaja.
Di era pandemi Covid-19 ini, apapun kendala yang dihadapi dalam proses belajar di rumah tersebut harus dapat diatasi, sebab penerapan social Distancing akan terus diberlakukan hingga masa pandemi berakhir, sedangkan manfaat dari Learn at home dapat disebarluaskan agar dapat memacu semangat para siswa. (*)
Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Artikel Pergumapi 2020. Panitia tidak melakukan penyuntingan, isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Thanks for reading Hitam Putih Learn at Home di Era Covid-19 | Tags: Artikel Lomba artikel 2020
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Mantapz.
BalasHapusTerimakasih
HapusSip, amazing
BalasHapusKeren
BalasHapusKelebihan dan kekurangan BDR yang bisa dijadikan rujukan untuk menyikapinya dengan bijak baik oleh siswa, ortu mereka dan guru.
BalasHapusSemoga kita bisa saling menguatkan ya, Bu.
BalasHapus