H. Seproni Hidayat, S.Ag., M.Pd.I.
Anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis
Anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis
Pergumapi.or.id--Tidak terbayangkan sebelumnya, bahkan relatif tidak dikenal sebelumnya istilah yang sekarang sangat familier di telinga kita bahkan menjadi tranding topic di berbagai media massa atau juga medsos; Work From Home, Teaching From Home dan Learn at Home, namun sekarang mungkin saja kebanyakan sudah mulai menikmati bagaimana nyamannya bekerja dari rumah atau bahkan sebaliknya sudah mulai merasa jenuh terutama bagi peserta didik, orang tua/ wali murid, hal ini terlihat dari chat dan status mereka yang dilayangkan melalui WhatsApp kepada gurunya. Bagaimana curhatan orang tua siswa yang menyanjung guru- gurunya, menyatakan hebatnya guru dalam mendidik putera puteri mereka, lalu ditutup dengan ucapan terima kasih.
Terlepas dari semua itu, kita sebagai warga Negara yang baik, melakukan nya bukan semata-mata karena takut Corona Virus Disease 2019 ( Covid-19) tapi melakukan semua itu karena peraturan yang mengharuskan demikian demi kepentingan dan keselamatan bersama sebagai sala satu upaya memutus mata rantai penyebaran/ penularan virus corona tersebut. Dengan melaksanakan bekerja dari rumah dan belajar di rumah sedikitnya kita tidak banyak berinteraksi dengan orang- orang luar yang heterogen, yang kita sendiri tidak tahu bagaimana keadaan sebenarnya orang tersebut, apakah terpapar virus atau tidak, sehingga terhadap orang asing atau orang yang baru datang dari wilayah yang berstatus Zona Merah akan diberi status ODP (Orang Dalam Pemantauan).
Kebijakan Work From Home setidaknya akan menimbulkan dampak baru baik yang bersifat positif maupun negative terutama bagi para aparatur Negara, salah satunya unsur ASN (Aparatur Sipil Negara) yang sudah terbiasa hidup disiplin dengan system, misalnya ketika mengawali bekerja harus melakukan Finger Print, tentunya kebiasaan ini sudah merupakan kewajiban, mengingat hal tersebut sebagai bukti otentik kedisiplinan kinerja ASN. Namun dengan bekerja di rumah otomatis hal tersebut menjadi hilang dan di sebagian instansi cukup diganti dengan jurnal harian, sehingga seolah- olah terlepas dari pengawasan yang melekat. Memulai dan mengakhiri bekerja sesuai keinginan, karena alat control-pun tidak ada. Hal ini kalau terus menerus dilakukan, lama- kelamaan akan menjadi kebiasaan yang buruk.
Hal negatif lainnya dari Work for Home, adalah dalam hal disiplin berpakaian. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa untuk ASN ada peraturan yang mengikat dengan pakaian dinasnya lengkap dengan atribut- atributnya, bahkan di beberapa Daerah ada aturan Pakaian Seragam tertentu untuk hari- hari tertentu dan tidak sedikit pakaian dinas tersebut merupakan kebanggaan bagi seorang ASN ketika bertugas, namun ketika WFH terasa kurang pas apabila bekerja di rumah mengenakan pakaian dinas lengkap, akhirnya dengan pakaian sehari-hari lebih terasa nyaman dan lebih leluasa. Apakah hal tersebut tidak akan mengurangi rasa kedisiplinan seorang ASN ?.
Disamping sisi negatif sudah barang tentu ada juga sisi positif dari WFH ini, diantanya dari segi biya operasional bisa lebih effisien karena dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan, baik biaya transfortasi, uang jajan, uang makan, dll. Demikian pula dari segi waktu akan sangat efektif apalagi yang pulang pergi ke tempat kerja menempuh jarak lumayan jauh, sehingga beberapa jam bisa lebih bermanfaat untuk menuntaskan pekerjaannya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah terjalinnya ikatan yang kuat dalam hubungan keluarga, apalagi bagi kepala keluarga yang super sibuk, terkadang pergi si kecil masih tidur dan ketika pulang kerja yang kadang sampai larut malam, si kecilpun dalam keadaan sudah tertidur lelap, sehingga nyaris tidak pernah terjalin komunikasi, pelukan kasih sayangpun jarang dilakukan, padahal hal tersebut sangat penting sebagai ikatan bathin antara orang tua dan anak. Dengan WFH ayah, ibu dan anak seharian penuh berada dalam rumah, lalu apa yang dikerjakan? Yang jelas tidak mungkin seharian sibuk dengan pekerjaannya, pasti ada selingan bersenda gurau, bertegur sapa antar anggota keluarga. Disanalah awal terwujudnya Baity Jannaty rumahku adalah surgaku, demikian sabda Rosulullah SAW.
Pada level yang lebih besar, dengan adanya keharusan semua aktifitas dilakukan di rumah, maka meeting dengan pimpinan pun dilakukan secara virtual, dan mendadak hal tersebut menjadi trend di berbagai instansi dan komunitas. Secara tidak langsung, semua digiring untuk melek dan mengerti IT, pejabat, dosen, mahasiswa, guru, murid, dll. Semua harus dapat menyesuaikan dengan keadaan.
Itulah sebagian kecil dampak negative dan juga hikmah yang banyak dari kebijakan Work From Home dan Leara at Home. Yang penting kembali kepada masing-masing pribadi dalam menyikapinya. (*)
Catatan:
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Artikel Pergumapi 2020. Panitia tidak melakukan penyuntingan, isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.Thanks for reading Hikmah di Balik Work form Home dan Learn at Home | Tags: Artikel Lomba artikel 2020
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Hikmah di Balik Work form Home dan Learn at Home
Posting Komentar