DIY (Pergumapi). Salah satu program dari bidang diklat Pergumapi (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis) yang dimotori oleh Edy Purwanto dan Ruba Nurzaman adalah mengadakan kuliah daring lewat WA. Pada bulan Desember ini kuliah daring diselenggarakan pada Sabtu (22/12), bertepatan dengan hari ibu. Kuliah daring kali ini menghadirkan narasumber Kasmawati Yakub, S.Ag., M.Pd., Kepala MTs Al Falah Arungkeke Jeneponto dengan moderator, Rina Harwati, M.Pd., Humas Pergumapi. Adapun tema yang diangkat adalah Dari Menulis Sampai Menjadi Kamad Inspiratif.
Siapa dan bagaimana perjalanan Kasmawati hingga menjadi kepala madrasah inspiratif daerah 3T? Kasma Yakub, panggilan akrab Kasmawati Yakub, lahir 44 tahun yang lalu di Selayar. Pendidikan S1 ditempuh di IAIN Alauddin Makasar dengan mengambil program studi Bahasa Inggris. Sedangkan studi S2-nya diselesaikan di UNM konsentrasi Manajemen Pendidikan. Kemampuannya berbahasa Inggris telah membawanya menjadi dosen luar biasa di IAIN Alauddin, instruktur di Excellent Course, serta Translator in Plan International.
Selain menjadi guru dan dosen, Kasma Yakub juga seorang penulis. Dunia kepenulisan yang digelutinya telah melahirkan beberapa buku dan artikel/ berita di website. Kasma Yakub tak hanya piawai dalam menulis tetapi juga pandai dalam mengelola madrasah yang menjadi tanggung jawabnya. Kemampuannya mengelola madrasah mengantarkannya pada perolehan penghargaan sebagai kepala madrasah pengelola MEDP 15 terbaik nasional, kepala madrasah berprestasi tingkat propinsi, serta kepala madrasah inspiratif daerah 3T (Kupang, Nusa Tenggara Timur tahun 2017 dan Tanah Toraja, Sulawesi Selatan Tahun 2018).
Berikut ini paparan Kasma Yakub dalam kuliah daringnya. Menulis adalah hobi saya sejak duduk di bangku SMP. Hobi yang mengalir begitu saja secara otodidak. Untuk menyalurkan perasaan lewat sebuah tulisan, hingga berbentuk cerita atau puisi sederhana, atau sekedar mengarang tentang pengalaman yang berkesan saat mengunjungi suatu tempat, merupakan hal yang sering kulakukan jika memiliki waktu luang. Puisi atau cerita itu hanya dibaca oleh sahabat dekat saja. Sedangkan karangan hanya dibaca oleh guru ketika guru memberi kita tugas untuk mengarang.
Hobi menulis itu terus berlanjut hingga akhirnya saya menjadi guru PNS. Saya diangkat sebagai guru PNS tahun 2005 dan diperbantukan di sebuah madrasah swasta MTs Al-Falah Arungkeke. Ketika siswa-siswi saya mengikuti lomba baca puisi atau pidato maka puisi atau pidato saya yang akan terpilih untuk mereka bawakan dalam lomba. Alhamdulillah kesan pendengar tentang puisi saya selalu berkesan menurut mereka.
Lima tahun kemudian, di akhir tahun 2010 saya diangkat menjadi plt oleh yayasan, setelah kepala madrasah sebelumnya meninggal dunia karena sakit. Sebuah jabatan yang menurut saya amat berat, karena saya belum memiliki pengalaman apapun selain menjadi guru dan baru kira-kira setahun menjadi wakil kepala madrasah.
Tahun 2011 saya menjadi kepala madrasah definitif di madrasah tersebut. Hingga suatu hari di tahun 2013, seorang penyalur majalah “Gema Suara Guru”, sebuah majalah lokal di Sulawesi Selatan menawari saya untuk memuat tulisan saya. Saat itu kebetulan saya sudah punya tulisan tentang perjalanan selama seminggu di Seoul, Korea Selatan. Sebuah perjalanan Study Comparative yang merupakan hadiah dari Apresiasi Kementerian Agama RI bekerja sama dengan ADB bagi kepala madrasah yang dianggap terbaik dalam mengelolah Dana Bantuan MEDP (Madrasah Education Development Project).
Suatu hadiah yang tak pernah terpikirkan di benak saya sebelumnya. Singkat cerita jadilah tulisan saya yang pertama kali dimuat di media dalam 5 edisi bersambung, judulnya “Perjalanan Kamad MTs Al-Falah Arungkeke selama 6 hari di Seoul, Korsel”.
Berikutnya tentang menulis antologi puisi dalam buku saya yang pertama berjudul “Elegi Rindu buat Guruku”. Ini berkat bantuan seorang teman fb yang juga penulis untuk membukukan puisi-puisi saya yang sering saya posting di fb.
Tentang kepala madrasah inspiratif, sebenarnya pengalaman saya sebagai kepala madrasah, selalu saya posting di fb, sejak saya kenal fb tahun 2012, baik itu dalam fb pribadi atau fb madrasah. Bahkan sejak tahun lalu madrasah kami sudah punya website dan tahun ini punya instagram madrasah.
Tahun 2017 saya diundang oleh Direktorat GTK Madrasah RI bersama beberapa kamad dan guru-guru se-Indonesia untuk mengikuti Sosialisasi Anugerah Guru Madrasah Konstitusi, sebuah program GTK kerjasama Kemendikbud dan MK untuk kompetisi guru PPKN berprestasi.
Pada bulan Desember (masih tahun yang sama) saya diundang untuk menjadi kamad inspiratif dalam sebuah program baru Direktorat GTK Madrasah yaitu “ Visiting Teacher daerah 3T/ minoritas” di Kupang, NTT. Kemudian tahun 2018 ini tanggal 1-3 Desember kembali diamanahi untuk berbagi pengalaman dalam mengembangkan madrasah dengan guru, kamad, pengawas dan tenaga kependidikan di Kabupaten. Tanah Toraja Sulawesi Selatan. Sebuah madrasah dengan status akreditasi C pada tahun 2007-2013 hingga teraih akreditasi A pada tahun 2013 sampai 2018 ini.
Perjalanan dan perjuangan Kasma Yakub bagai kepala madrasah di daerah 3T membuat para peserta kuliah antusias bertanya lebih jauh. Sang Moderator, Rina Harwati, Humas Pergumapi sekaligus guru MTsN 7 Bantul yang belum lama menyelesaikan studi S2-nya, pun memberikan kesempatan kepada para peserta untuk bertanya. Pada termin pertama, ada Karjianto, Hadi, dan Sukarti.
Berikut ini pertanyaan dari masing-masing penanya sekaligus jawaban dari Sang Kamad Inspiratif Daerah 3T.
Karjianto: “Apa tips sukses menjadi kepala madrasah sekaligus penulis?”
Hadi: “Saya masih yunior jadi kamad, baru hampir setahun, jadi saya pingin tahu banyak tentang inspirasinya, terutama tentang menulis
Jawaban Kasma Yakub: “Tips sukses menjadi kepala madrasah: pertama, membuat planning dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang memuat kebutuhan madrasah dan peluang yang mendukung planning itu bisa tercapai (saya biasa sebut dengan strategi kamad). Kedua menjadikan setiap tempat sebagai madrasah, di manapun kita berada pasti ada sisi positif yang bisa kita ambil untuk diadopsi guna pengembangan madrasah Ketiga, menjadikan siapapun sebagai guru. Bahkan terkadang anak kita sendiripun memiliki ilmu pengetahuan yang kita belum tahu. Maka kita bisa jadikan anak kita sebagai guru, tentu saja pada hal-hal yang kita sendiri sudah filter. Keempat, melaksanakan semua untuk pengembangan madrasah secara ikhlas tanpa pamrih.
Masih di termin pertama, berikut pertanyaan dari Sukarti, anggota Pergumapi dari Jawa Timur.
Sukarti:”Pertama, bagaimana cara menggali ide dalam menulis, terutama ketika berpuisi diksinya bisa begitu indah sekaligus pembacanya bisa ikut baper. Kedua, etika diundang menjadi kamad inspiratif di Kupang, NTT, hal apa yang paling berkesan dan bagaimana pandangan anda terhadap pendidikan di sana, terutama bagi saudara-saudara kita yang muslim, mengingat muslim di sana menjadi kaum minoritas. Ketiga, ketika membaca puisi karya orang lain, bagaima caranya supaya kita tidak terjebak dalam gaya penulisan orang lain?
Jawaban Kasma Yakub:
1. Cara menggali ide dalam menulis puisi, tentu saja kita harus banyak membaca puisi orang lain agar kosa kata kita juga makin bertambah. Sehingga ide yang akan kita tuangkan makin mudah kita deskripsikan dalam puisi kita
2.Pengalaman menjadi kamad inspiratif di NTT hampir sama dengan di Tanah Toraja kemarin. Bedanya kalau di Toraja benar-benar minoritas muslim saja, sedangkan di NTT selain minoritas mereka juga berada di lokasi daerah terluar. Di daerah kupang hanya 3% dari jumlah penduduk yang tinggal di daratan kota, selebihnya tersebar di puluhan pulau di NTT, sehingga untuk mengadakan suatu forum guru madrasah, mereka agak kesulitan. Terkendala dengan dana dan waktu. Untuk ke ibu kota saja memakan waktu berhari-hari, kecuali pulau yang sudah ada akses bandaranya, misalnya Labuan Bajo.
3. Membaca puisi karya orang lain hanya untuk memperkaya kosa kata kita, tentang hal yang romantis, misalnya. Setelah itu kita bisa mencari diksi lain untuk kata rindu. Ada kangen, gulana atau lainnya, bahkan sekarang kita bisa buka 'om google' utk telusuri persamaan kata rindu tersebut. Maka akan banyak kata yang muncul, sehingga untuk kata rindu saja kita sudah berbeda dengan penulis lain
Itu adalah beberapa pertanyaan sekaligus jawaban dari Sang Kamad. Selanjutnya pada termin kedua, ada 3 orang penanya juga: Parti, Nur Aini, dan Dr Sukarlan.
Sukarlan: “Bagaimana cara mengelola konflik?”
Jawaban Kasma Yakub: “Dalam menangani konflik, saya selalu melakukannya dengan cara musyawarah, dalam hal ini rapat melibatkan semua pihak terutama guru dan tendik. Kami setiap bulan setelah rakor di kemenag kabupaten, lanjut rakor di lingkup madrasah sendiri. Jika ada konflik terkait kesalahpahaman tentang dana misalnya, kita bahas dalam rapat bersama secara transparan. Jika rapat intern guru dan tendik berhasil mendapatkan solusi, baru kami undang pihak yayasan. Tetapi alhamdulillah selama ini semua teratasi dengan baik.
Selanjutnya adalah pertanyaan dari Nur Aini Iksan. Berikut ini pertanyaannya.
Nur Aini Iksan: ”Pertama, bagaimana Ibu memanage guru-guru yang berbeda ide dan cara pencapaian. Kedua, apakah dewan guru juga dituntut untuk membuat planning untuk madrasah? Ketiga, pernahkah terjadi konflik antara intern penghuni madrasah dengan pihak luar dan bagaimana cara menanganinya?
Jawaban Kasma Yakub:
1.Cara memenage ide yang berbeda dari beberapa guru, seperti saya tuliskan tadi selalu mengambil jalan tengah dengan musyawarah, mempertimbangkan dampak positif negatif dari ide yang ada, dan tentu saja kita selalu mengambil ide yang terkecil resikonya
2.Ya, semua guru dituntut untuk punya planning, wali kelas, wakamad kesiswaan, kurikulum, sapras, petugas perpus, dan lain-lain, kita bahas planning tersebut dalam raker setiap tahunnya di tempat destinasi wisata yang mudah dijangkau dan disesuaikan kemampuan dana. Kita ambil skala prioritas dari hasil raker tahunan untuk dilaksanakan
Masih di termin kedua, ada pertanyaan dari Parti, anggota Pergumapi dari DI Yogyakarta. Berikut ini pertanyaannya.
Parti: “Bagaimana cara menghindari rasa minder karena merasa tulisan kita jelek? Sewaktu duduk di bangku SMP, SMA, dan perguruan tinggi saya juga sering menulis di majalah anak-anak atau remaja, tetapi sekarang melihat nama-nama yang terpampang di koran/ majalah adalah nama orang-orang hebat dan terkenal membuat saya tidak jadi mengirimkannya.
Jawaban Kasma Yakub: “Ternyata kita punya persamaan Bu Parti, saya juga dulu suka minder dan tidak percaya diri, makanya menunggu ditawari dulu oleh editor baru tulisan saya sodorkan ke penerbit majalah. Demikian pula dengan puisi, saya menunggu ditawari oleh teman untuk membukukannya. Tapi saya kira menunggu seperti yang saya lakukan bukanlah hal yang baik. Apalagi tulisan bu Parti sebelumnya sudah pernah ada media yang memuat. Intinya keberanian, sodorkan kepada teman yang lebih punya pengalaman, tanya pendapatnya. Kalau ada saran kita perbaiki. Pokoknya menulis dan jangan minder.
Sungguh
luar biasa kuliah daring Sabtu malam itu hingga tanpa terasa malam telah mulai
larut. Sebenarnya masih ada pertanyaan yang muncul, tetapi karena waktu,
terpaksa pertanyaan harus ditunda. Sang Moderator pun menutup kuliah pada pukul
21.57 WIB.
Banyak
manfaat dapat diambil dari kuliah daring oleh Pergumapi. Berbagai inspirasi dan
tambahan ilmu serta wawasan dapat ditimba dari sini. Meskipun organisasi ini masih
berumur jagung, tetapi torehan karya para anggotanya tak terhitung banyaknya. Mari
berkarya bersama Pergumapi. (nsh).
Thanks for reading Belajar Bareng Kasma Yakub, Kamad Inspiratif Daerah 3T | Tags: Kuliah Daring
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Belajar Bareng Kasma Yakub, Kamad Inspiratif Daerah 3T
Posting Komentar