Yasinyasintha.com |
Seorang guru dengan
penampilan sahaja, namun wajah sarat wibawa memasuki ruang kelas. Seulas senyum
memendar dari wajahnya, menatap penuh kesejukan satu per satu anak didiknya. Mulailah
sang Guru menyapa seluruh penghuni ruangan dan melanjutkan tugas mulianya,
mendidik dan mengajar. Sang Guru mulai menjelaskan materi. Namun, di tengah
kekhidmatan suasana, seorang murid dengan santai mengetuk-ketuk meja layaknya
mengikuti irama seni jathilan. Lantas diikuti oleh beberapa temannya. Satu bentuk permintaan perhatian yang lebih kepada
sang Guru.
Sang Guru dengan
tenang menyapa murid tersebut, mendekati, dan menegurnya pelan. Seolah tidak pernah terjadi apapun, pelajaran
tetap berlanjut dan tercapai tujuan pembelajaran saat itu.
Ilustrasi di atas menggambarkan
seorang guru yang telah menguasai kompetensi kepribadian dan mampu
menerapkannya dalam pembelajaran. Kompetensi ini merupakan salah satu dari 4
kompetensi yang harus dikuasai guru sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10. Pasal tersebut menyatakan bahwa kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Bukan hal yang sulit
untuk menguasai kompetensi ini manakala kita sebagai pendidik/guru mau berusaha
untuk menggapainya.
Tingkah polah siswa
baik di dalam kelas, maupun di luar kelas yang mengganggu kelancaran kegiatan
belajar mengajar merupakan ujian kesabaran bagi para guru. Ujian bagi guru
tidak sebatas Uji Kompetensi. Ujian kesabaran, itulah hakikat ujian bagi guru.
Tidak hanya setahun sekali, tetapi setiap hari. Hal ini dapat menjadi wahana
bagi guru untuk belajar memupuk sikap sabar, menahan amarah, empati terhadap
siswa, dan sikap-sikap lainnya.
Riyadhus Shalihin
Emka dalam bukunya La Tahzan for Smart
Teachers Menjadi Guru Bahagia yang Selalu Dikenang Siswa memaparkan
beberapa sikap yang sangat mendukung
pencapaian kompetensi kepribadian guru. Sikap-sikap tersebut diuraikan berikut
ini.
1. Mengendalikan emosi negatif
Kegiatan belajar mengajar seringkali diwarnai dengan
permainan emosi yang naik turun. Ketangguhan guru dalam mengelola emosi diuji
dengan kenakalan yang terus menerus diulang. Kelas menjadi wahana perang batin
yang kadang sangat melelahkan.
Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi menjadi
pembeda antara satu orang dengan orang lainnya. Seorang guru yang bijaksana
adalah guru yang dapat mengontrol emosi dengan tepat. Komunikasi antara guru
dan murid akan terjalin dengan baik, jika kita mampu mengontrol emosi negatif,
seperti marah, jengkel, kecewa, dan sebagainya.
Cara mengontrol emosi negatif ini dapat dilakukan dengan bersabar.
Dalam kesabaran ada sikap tenang, pikiran positif, dan fokus pada permasalahan
yang dihadapi. Pengendalian emosi yang baik dan tepat dapat menciptakan
kesuksesan pembelajaran.
2. Berempati pada siswa
Dalam proses belajar mengajar, kita pasti menemukan karakter
murid yang beraneka ragam. Oleh karena itu, kita tidak mungkin memaksakan
pendapat, pikiran, atau perasaan kita kepada murid-murid kita. Di sinilah
empati sangat berperan penting. Empati adalah suatu sifat dapat merasakan apa
yang dirasakan orang lain. Seorang guru dapat diterima oleh murid-muridnya jika
ia mampu memahami kondisi (perasaan) murid-muridnya. Selain itu, guru juga
mampu memberikan perlakuan yang semestinya sesuai dengan harapan mereka.
3. Bersikap ramah
Seorang guru tidak bisa melepaskan diri dari berinteraksi
dengan murid, apalagi jika memiliki mimpi untuk sukses dalam pembelajaran.
Sikap ramah merupakan salah satu sikap yang sepantasnya diterapkan saat
berinteraksi dengan mereka. Ramah adalah sikap bersahabat dan merasa senang
saat berjumpa dengan murid kita. Sikap ini akan membuka jalan hubungan yang
lebih erat dan akrab sehingga kesuksesan pembelajaran menjadi hal yang niscaya.
Guru yang ramah banyak disenangi murid. Sikap ramah bisa
kita tunjukkan dengan senyuman yang tulus, memberi sapaan hangat, menjawab
pertanyaan yang diajukan murid, dan bahkan menawarkan bantuan kepada mereka.
Jika kita mampu ramah ketika berinteraksi dengan murid, maka akan tercipta
kesan yang tak terlupakan bagi murid kita.
4.
Memberi maaf
Memaafkan orang yang telah melukai kita adalah cara untuk
mengurangi beban hidup. Demikian pula ketika murid kita membuat kesalahan, maka
sudah sepatutnya kita rela memberi maaf. Guru yang pemaaf lebih sehat, baik jiwa maupun raga daripada
guru yang pemarah. Kemarahan menjadikan seseorang tidak dapat berpikir jernih
dan bahkan memperburuk keadaan. Lebih parah lagi, kemarahan dapat merusak
kesehatan. Oleh karena itu, memberi maaf kepada murid-murid lebih baik
dilakukan guru daripada memendam rasa benci.
Demikianlah empat hal yang dapat kita
ikhtiarkan. Marilah senantiasa kita pupuk kepribadian. Kita ciptakan pembelajaran
menjadi wahana menuntut ilmu yang menyenangkan, sehingga kesuksesan dan
kebahagiaan bagi guru dan murid pun menjadi sebuah keniscayaan. (*)
Thanks for reading Memupuk Kepribadian Menuai Kebahagiaan | Tags: Artikel
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Memupuk Kepribadian Menuai Kebahagiaan
Posting Komentar