Abstrak
Kata Kunci: SQ3R, membaca pemahaman, teks deskripsi
Pendahuluan
Kemampuan siswa dalam memahami teks deskripsi pada mata pelajaran bahasa Indonesia selama ini masih dikatakan rendah. Meskipun berbagai sarana dapat dimanfaatkan untuk membaca teks deskripsi, tetapi antusias siswa untuk memahami isi bacaan masih perlu ditingkatkan. Aktivitas memahami teks deskripsi tidak lepas dari proses membaca itu sendiri. Proses membaca yang dimaksudkan adalah sebuah aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Oleh karena itu, agar dapat memahami sebuah teks deskripsi maka siswa dituntut memiliki kebiasaan membaca yang baik.
Selama ini kegiatan membaca hanya sekadar dianggap sebagai suatu aktivitas membunyikan lambang-lambang tulisan dan mengenyampingkan adanya pemahaman, padahal munculnya pemahaman akan diperoleh apabila siswa sudah menjadikan aktivitas membaca sebagai sebuah kebiasaan.
Berdasarkan pengamatan selama ini, kemampuan yang seharusnya tumbuh melalui aktivitas pembelajaran memahami teks deskripsi belum tercapai secara maksimal. Siswa masih mengalami kesulitan memahami teks dengan baik, terutama dalam hal memahami teks deskripsi. Begitu pula dengan aspek kebiasaan membaca yang dimiiki oleh siswa juga masih kurang. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Tierney, R. J., Readence, J.E., & Dishner, E.K. (1990:89) yang menyatakan bahwa salah satu indikator yang menunjukkan kurangnya kebiasaan membaca adalah siswa belum mampu menjawab dengan benar saat diberi pertanyaan yang memerlukan pemikiran logis, terlebih lagi jika diminta untuk membuat ringkasan cerita secara tertulis.
Pembelajaran memahami teks deskripsi akan dapat berjalan dengan baik jika proses pembelajarannya menarik dan menyenangkan bagi siswa. Agar siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pembelajaran maka guru harus pandai mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswanya.
Selama ini guru masih cenderung menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi atau masih konvensional. Misalnya penggunaan metode ceramah yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Dengan metode yang monoton seperti itu akan menyebabkan siswa menjadi bosan dan enggan mengikuti pembelajaran. Kebosanan itu lama-kelamaan akan berakibat pada kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Akhirnya, siswa menjadi tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang diampu oleh guru.
Mencermati hal-hal di atas, diperlukan perbaikan proses pembelajaran dengan cara mengimplementasikan metode pembelajaran relevan yang dapat meningkatkan kemampuan memahami teks deskripsi. Banyak membaca akan meningkat kecerdasan verbalnya (Cunningham & Stanovich, 1998: 146-147). Jumlah frekuensi membaca seorang siswa juga merupakan sebuah indikator yang bisa dijadikan acuan seberapa baiknya kebiasaan membaca.
Membaca Pemahaman
Aktivitas membaca yang disertai dengan munculnya sebuah pemahaman dianggap sebagai inti dari membaca (Tierney, R. J., Readence, J.E., & Dishner, E.K., 1990: 38). Membaca adalah salah satu dari rangkaian seorang anak dalam memulai pendidikannya (Chettri & Rouf, 2013: 14). Lebih lanjut disampaikan Cunningham dan Stanovich (1998: 138) bahwa volume membaca baik di dalam maupun di luar sekolah memiliki dampak signifikan pada perkembangan kecepatan membaca dan kelancaran, kosakata, pengetahuan umum dalam kemampuan verbal secara keseluruhan, dan prestasi akademik. Dengan membaca, anak tidak akan merasa rugi baik itu yang dilakukan atas dasar kesenangannya maupun sengaja untuk belajar terkait dengan materi pelajaran yang ada di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Greenhough & Martin Hughes (1998: 14) yang menyatakan bahwa kegiatan membaca dengan tujuan belajar atau bersenang-senang memiliki tingkat kepentingan yang sama karena keduanya akan membantu memperluas pengalaman dan pengetahuan anak muda.
Pengertian dan Jenis Teks Deskripsi
Dalam materi bahasa Indonesia kurikulum 2013 dikenal dengan pembelajaran berbasis teks. Salah satu teks yang dipelajari adalah teks deskripsi. Teks deskripsi didefinisikan sebagai sebuah teks genre nonfiksi yang sering dipelajari dan dekat dengan para siswa. Teks deskripsi adalah materi kelas VII yang disampaikan pada semester ganjil. Dalam teks deskripsi siswa dituntut untuk memberikan gambaran mengenai benda atau objek lain secara mendetail. Dalam mendetailkan objek tersebut diperlukan adanya kemampuan untuk mengonkretkan sesuatu yang abstrak dengan pelibatan pancaindera.
Pengertian lain dari teks deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang berhubungan dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Dalam teks deskripsi, penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan, dan perasaannya kepada para pembaca, menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tersebut. Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis teks deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) pada para pembaca, seolah-olah pembaca melihat sendiri objek secara keseluruhan (Keraf, 1981: 93).
Sejalan dengan pendapat Keraf, Enre (1988:158) menyatakan bahwa deskripsi berfungsi menjadikan pembaca seakan-akan melihat wujud sesungguhnya dari materi yang disajikan itu, sehingga kualitasnya yang khas dapat dikenal dengan lebih jelas. Hal yang tidak jauh beda tentang pengertian teks deskripsi adalah pendapat yang dinyatakan oleh Widarso (2000: 51) yakni tulisan atau karangan yang “menggambarkan”, yang digambarkan dapat saja suatu benda, orang (atau masyarakat), tempat, atau suatu suasana pada momen tertentu.
Deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan ini menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakan, melihat, mendengar, atau mengalami) sebagaimana dipersepsi oleh pancaindera. Deskripsi sangat mengandalkan pencitraan konkret dan rincian atau spesifikasi karena dilandasi pada panca indera (Alwasilah dan Senny, 2005: 114).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teks deskripsi dapat didefinisikan sebagai sebuah tulisan nonfiksi yang berisi tentang penyampaian tentang manusia, objek lain, penampilan, pemandangan, kejadian, yang menjadikan pembaca seolah-oleh melihat wujud yang sesungguhnya karena ada proses pengonkretan hal yang abstrak melalui pelibatan panca indera.
Teks deskripsi memiliki berbagai macam jenis. Beberapa ahli berpendapat dan mengklasifikasi tes deskripsi menjadi beberapa bagian. Pertama, Enre membedakan teks deskripsi menjadi dua yaitu teks deskripsi ekspositori dan literer (1988:159). Teks deskripsi ekspositoris adalah teks yang bertujuan memberikan pengertian mengenai hakikat suatu objek sebagai suatu pernyataan agar pembaca dapat memahami hakikat suatu objek sebagai suatu pernyataan agar pembaca dapat memahami hakikat yang diuraikan. Penyajiannya bersifat analitik dan tidak bermaksud menggugah perasaan. Jenis wacana ini biasa juga disebut wacana pemerian teknis atau ilmiah. Kedua, deskripsi literer merupakan deskripsi yang bertujuan menjadikan seseorang melihat sesuatu dengan penuh renik-renik yang menghasilkan kesan dalam perasaan. Memusatkan perhatian pada bagian akhir, menyangkut warna kehidupan dan keragaman subjeknya meskipun hal tersebut berhubungan dengan benda yang sangat sederhana. Sifatnya sedikit subjektif dan literer. Dengan menggunakan sifat-sifat faktual objeknya sebagai titik tolak, bergerak dengan bebas ke dalam dunia perasaan dan imajinasi.
Sementara itu, Keraf (1981: 84) menyatakan bahwa berdasarkan tujuannya, teks deskripsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu deskripsi sugesif dan deskripsi teknis atau ekspositoris. Teks deskripsi sugestif menurut Keraf adalah teks yang berusaha untuk menciptakan suatu penghayatan terhadap suatu objek melalui imajinasi para pembaca. Teks deskripsi mempunya sasaran untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak dari objek sehingga muncul sugesti tertentu pada pembaca melalui perantaraan kata-kata yang dipilih oleh penulis. Di sisi lain, teks deskripsi teknis atau ekspositoris adalah teks yang bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai objek, sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi.
Terakhir, teks deskripsi terbagi menjadi teks deskripsi pemerian faktual dan pemerian pribadi (Tarigan, 2008: 54-55). Lebih lanjut teks deskripsi pemerian faktual dimaknai sebagai teks yang secara faktual harus menyatakan apa adanya, tidak ditambahi, dan tidak dikurangi. Informasi disajikan secara jelas dan objektif. Sementara itu, pemerian pribadi dimaknai bahwa teks deskripsi ditulis berdasarkan responsi seseorang terhadap objek, situasi, suasana, dan pribadi dengan berusaha membagikan pengalaman penulis kepada para pembaca agar dapat dinikmati bersama-sama dengan harapan dapat menciptakan kembali dan menimbulkan responsi yang sama.
Dari beberapa pendapat mengenai jenis-jenis teks deskripsi dapat disimpulkan bahwa teks deskripsi dibagi menjadi dua yakni sugestif dan ekspositoris. Dikatakan sebagai teks deskripsi sugestif jika berisi penggambaran mengenai suatu hal yang bersifat menciptakan suatu penghayatan terhadap objek melalui imajinasi pembaca, sedangkan ekspositoris berisi gambaran tentang suatu hal secara objektif, apa adanya, sesuai kenyataan, dan tanpa ada kesan subjektif dari penulis.
Metode SQ3R
Salah-satu metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kebiasaan membaca dan kemampuan memahami teks deskripsiadalah metode SQ3R. SQ3R adalah suatu metode metode yang paling populer digunakan dalam kegiatan membaca (Artis, 2008: 130). Metode ini mencakup lima langkah dalam membaca yakni S (survey), Q (question), R (read), R (recite), dan R (review). (Donald dan Kneale 2001 : 64), (Huber, 2004: 108).
Selanjutnya, kelima langkah tersebut dijabarkan oleh Huber (2004: 108) sebagai berikut. S (survei) siswa diminta untuk menyurvei teks yang akan mereka baca, selanjutnya siswa harus membuat pertanyaan (Q) yang mereka harapkan dapat dijawab dalam pembacaan. Carlston (2011: 143) mengemukakan bahwa pada tahap survei ini seorang pembaca memeriksa isi dan pengetahuan atau informasi yang ada dalam sebuah bacaan yang meliputi judul, bagan, angka, kata yang teridentifikasi, dan ringkasan). Adapun 3R dimaknai sebagai membaca, membaca kembali, dan meninjau ulang.
R yang pertama adalah membaca (read) yang dimaksudkan para siswa membaca secara saksama teks yang diberikan. Definisi membaca kembali (R yang ke-2 yakni recite) berarti bahwa siswa harus meninjau kembali dengan berhenti secara berkala untuk merefleksikan apa yang telah mereka baca, untuk berinteraksi dengan teks, dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihasilkan oleh siswa itu sendiri. Jadi, pada tahap recite ini siswa diminta untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Demikian juga, ketika sampai pada tahap meninjau (R yang ke-3 atau review) siswa diminta untuk memeriksa kembali dan membuat ringkasan teks yang dibacanya. Selain itu, mereka juga didorong untuk mencatat informasi yang telah dinilai sebagai hal yang paling penting dan atau relevan (Huber, 2004: 108).
Strategi SQ3R dirancang pada teks yang berisi sebuah informasi dan paling cocok digunakan untuk membaca dan memberi penugasan terkait buku teks. SQ3R dapat dirinci menjadi banyak keterampilan yang berbeda-beda dan terpisah untuk mendukung kesuksesan dalam membaca. (Huber, 2004: 108). Dengan berdasarkan pada teori yang telah disebutkan, penelitian ini akan membahas tentang peningkatan kebiasaan membaca dan kemampuan memahami teks deskripsidengan menggunakan metode SQ3R.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 7 Bantul Yogyakarta, selama bulan Agustus s.d. Oktober 2017. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIE yang sedang menempuh semester ganjil pada tahun akademik 2017/2018. Target subjek penelitian ini berjumlah 32 siswa. Prosedur penelitian yang dilakukan mengacu pada rancangan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Sukmadinata, 2006; Kunandar, 2008) terdiri atas empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
Penelitian Tindakan kelas yang dilakukan terdiri atas dua siklus, siklus pertama dan kedua dilakukan dalam dua kali pertemuan. Untuk memperoleh data penelitian digunakan perangkat pembelajaran, yaitu silabus dan RPP. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui kemampuan memahami teks deskripsi adalah lembar observasi kegiatan pembelajaran, catatan lapangan, pedoman wawancara, dokumentasi, dan tes.
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk menentukan keterlaksanaan rencana pembelajaran dan rencana tindakan, mendeskripsikan aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas, serta hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran yang didukung oleh hasil pengamatan proses pembelajaran dan catatan lapangan. Teknik kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemampuan memahami teks deskripsi siswa, tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan untuk mengetahui apakah implementasi pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan memahami teks deskripsi pada siswa.
Untuk mendeskripsikan implementasi metode SQ3R dalam meningkatkan proses pembelajaran akan ditinjau dari aspek aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, kendala-kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan metode SQ3R dan aspek-aspek spesifik lainnya. Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan 75% siswa aktif. Sementara itu, untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam memahami teks deskripsi akan ditinjau dari kriteria keberhasilan. Seorang siswa dikatakan berhasil belajar jika memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75. Selanjutnya, suatu kelas dikatakan berhasil secara klasikal jika terdapat paling sedikit 75% siswa telah berhasil.
Hasil dan Pembahasan
Tahap-tahap dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni pelaksanaan tindakan siklus 1 dan tindakan siklus 2. Sebelum dilakukannya tindakan, peneliti melakukan tahap pratindakan berupa observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru sebagai sarana menemukan permasalahan-permasalahan terkait dengan pembelajaran teks deskripsi di dalam kelas. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil bahwa siswa tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, suasana pembelajaran kurang kondusif baik dari segi siswa maupun guru. Pengukuran kemampuan memahami teks deskripsi dan teks-teks lain secara umum dapat pada saat pratindakan dilihat pada tabel.
Tabel 1. Persentase Nilai Keberhasilan Siswa Pratindakan
Keterangan Memahami
Teks Deskripsi
|
Banyak Siswa
|
Presentase
|
Berhasil
|
7
|
21,87%
|
Belum berhasil
|
25
|
78,13%
|
Jumlah
|
32
|
100%
|
Hasil tes memahami teks deskripsidi peroleh fakta bahwa hanya 7 siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yakni sebesar 21,87% dari keseluruhan jumlah siswa di kelas VIIE, sedangkan sisanya sebanyak 25 siswa belum berhasil atau sebesar 78,13% dari keseluruhan jumlah siswa di kelas VIIE. Dengan nilai yang diperoleh tersebut, mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu memahami sebuah informasi dari bacaan yang berbentuk teks deskripsi, siswa juga belum dapat mengaitkan pengalaman baru tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Selain pengamatan dan tes, dari hasil wawancara diketahui bahwa guru selama ini mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi memahami bacaan, guru juga belum menemukan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada tahap pratindakan jumlah siswa yang mencapai kriteria keberhasilan terkait dengan kemampuan memahami teks deskripsi persentasenya sangat sedikit dan belum berhasil.
Adapun dari hasil tes pascatindakan siklus 1 diperoleh jumlah siswa yang mencapai kriteria keberhasilan sudah mengalami peningkatan. Hal ini seperti yang terdapat pada tabel.
Tabel 2. Persentase Nilai Tes Keberhasilan Memahami Teks Deskripsi Pascasiklus 1
Keterangan Memahami
Teks Deskripsi
|
Banyak Siswa
|
Presentase
|
Berhasil
|
20
|
62,50%
|
Belum berhasil
|
12
|
37,50%
|
Jumlah
|
32
|
100%
|
Berdasarkan hasil tes siklus 1 yang dapat dilihat pada tabel di atas akan diperoleh fakta bahwa sebanyak 20 (62,50%) siswa dinyatakan berhasil karena mendapatkan nilai ≥75, sedangkan sisanya sebanyak 12 (37,50%) siswa dinyatakan belum berhasil karena mendapat nilai di bawah kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Nilai tertinggi yaitu 90,00. Pemerolehan nilai ini tentunya cukup menggembirakan jika dibandingkan nilai tertinggi yang mampu dicapai oleh siswa pada saat tes pratindakan hanya 80,00.
Berdasarkan hasil belajar siklus 1 dapat dilihat adanya suatu keberhasilan walaupun belum sepenuhnya. Namun, kenaikan ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami teks deskripsi dengan menggunakan metode SQ3R. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rerata nilai siswa pada tahap pratindakan. Rerata nilai siswa dalam tes memahami teks deskripsi pada tahap pratindakan adalah 62,59, sedangkan pada siklus 1 menjadi 74,89. Angka-angka ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 12,30.
Selain itu, proses pembelajaran pada tahap siklus 1 sudah lebih kondusif. Sudah ada beberapa siswa yang berani bertanya, beberapa siswa antusias mengikuti pembelajaran, konsentrasi, dan lebih tenang. Meskipun demikian, keaktifan siswa pada siklus 1 belum mencapai 75%.
Selanjutnya, dari tes pascatindakan siklus 2 diperoleh hasil seperti yang terdapat pada pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Persentase Nilai Tes Keberhasilan Memahami Teks Deskripsi Pascasiklus 2
Keterangan Memahami
Teks Deskripsi
|
Banyak Siswa
|
Presentase
|
Berhasil
|
26
|
81,25%
|
Belum berhasil
|
6
|
18,75%
|
Jumlah
|
32
|
100%
|
Berdasarkan hasil tes siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel di atas akan diperoleh fakta bahwa sebanyak 26 siswa (81,25%) siswa dinyatakan berhasil karena mendapatkan nilai ≥75, sedangkan sisanya sebanyak 6 siswa (18,75%) dinyatakan belum berhasil karena mendapat nilai di bawah kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 93,33 dan rata-rata kelas yaitu 80,52 Dengan kata lain, kelas VIIE berhasil secara klasikal.
Berdasarkan tabel 3 maka telah terbukti bahwa keberhasilan pembelajaran memahami teks deskripsi pada siklus II mencapai 81,25 %. Selanjutnya, peneliti dan kolaborator melakukan diskusi pelaksanaan siklus II, membicarakan hasil memahami teks deskripsi yang sebagian besar sudah mencapai kriteria keberhasilan dan tujuan pembelajaran telah tercapai. Proses pembelajaran memahami teks deskripsi sudah baik. Peneliti dan kolaborator memutuskan bahwa penelitian berhenti pada siklus II karena tujuan pembelajaran sudah tercapai.
Setelah dilakukan tes pascatindakan siklus 2 dapat disimpulkan bahwa secara klasikal siswa telah mengalami keberhasilan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh persentase siswa yang telah berhasil secara individual sebanyak 81,25%. Kriteria keberhasilan yang telah dicapai dapat disebabkan oleh aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas sesuai langkah-langkah dalam SQ3R, memperdalam materi yang harus dipahaminya melalui kegiatan di dalam maupun di luar kelas sebelum pembelajaran dengan cara memperbanyak membaca, berdiskusi dengan teman, konsultasi dengan guru di luar jam pelajaran, serta adanya tuntutan untuk mengulang materi pembelajaran (Hamra and Syatriana, 2012:1).
Pembelajaran memahami teks deskripsi dapat mencapai hasil yang baik dengan digunakannya metode SQ3R dalam penelitian ini. Berbagai teori mengenai penerapan metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review) yang dikemukakan oleh Burns, Roe & Ross (1984: 266), Rudell (2005: 264), Brown (2001:315), tidak hanya mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran, tetapi juga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami teks deskripsi yang dapat dilihat dari hasil tes siswa dalam setiap siklusnya. Dengan didukung adanya penjelasan dari guru mengenai tahap-tahap yang dilakukan untuk memraktikkan metode SQ3R sangat berpengaruh terhadap kemampuan memahami teks deskripsi siswa.
Terjadinya peningkatan hasil evaluasi dari siklus pertama ke siklus kedua sangat selaras dengan pendapat Burns, Roe & Roes (1984: 266) bahwa metode SQ3R adalah salah satu metode terbaik untuk membaca pemahaman, karena dapat membantu siswa untuk mengingat materi bacaan dengan lebih baik. Hasil evaluasi siklus I dan siklus II juga sejalan dengan pemikiran Soedarso (2010 : 59) yang berpendapat bahwa dengan menggunakan metode SQ3R informasi yang telah diperoleh dapat bertahan lebih lama karena adanya teknik-teknik yang digunakan dalam menemukan ide pokok dan detail penting yang bervariasi.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap pascatindakan, terjadi peningkatan kemampuan siswa pada tiap siklusnya, sesuai dengan tujuan penelitian tindakan kelas, yang menitikberatkan pada perubahan atau terjadinya peningkatan pada setiap siklusnya (Huda, 2015:48).
Selain itu, hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Diana Situmorang (2017) tentang upaya peningkatan keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan metode SQ3R pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Tempunak.
Penelitian yang relevan berikutnya dilakukan oleh Hari Yudi R. (2015), dengan judul The effectiveness of Using SQ3R Strategy on Teaching Reading Comprehension. Hasil penelitian dikelola menggunakan statistik dan menunjukkan bahwa strategi SQ3R berguna dan efektif dalam mengajarkan membaca pemahaman hal ini dibuktikan dengan nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
Berdasarkan fakta yang terkumpul dari data-data penelitian yang telah dilakukan, hipotesis tindakan yang berbunyi penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemampuan memahami teks deskrip sisiswa kelas VIIE MTs Negeri 7 Bantul telah terbukti.
Penutup dan Kesimpulan
Dengan berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode SQ3R dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan memahami teks deskripsi siswa kelas VIIE MTs Negeri 7 Bantul. Hal tersebut dibuktikan dengan ditunjukkannya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa.
Kualitas proses pembelajaran dikatakan meningkat dengan ditandai adanya peran serta dan keaktifan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Peningkatan tersebut mencakup keaktifan, antusiasme, dan daya konsentrasi siswa yang dapat dilihat pada keberlangsungan pembelajaran yang sangat kondusif dan menyenangkan. Adapun peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari jumlah siswa yang berhasil mendapatkan nilai ≥75 atau tuntas secara individual, dalam memahami teks deskripsi. Jumlah siswa yang mencapai nilai lebih dari 75 pada saat siklus 1 berjumlah 20 siswa (62,50%) dan pada siklus 2 menjadi 26 siswa (81,25%). Oleh karena itu, target keberhasilan secara klasikal juga telah terpenuhi, yang merupakan indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini.
Selain itu, diperoleh implikasi bahwa dengan metode yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu kemampuan guru dalam mengelola kelas dan memberi motivasi pada siswa juga memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Metode SQ3R dalam penelitian ini telah terbukti mampu meningkatkan kemampuan memahami teks deskrip sisiswa kelas VIIE MTs Negeri 7 Bantul. Metode SQ3R membantu siswa dalam memahami teks deskripsi dan informasi-informasi baru yang didapatkan dapat bertahan lebih lama, karena langkah-langkah dalam SQ3R mendukung agar informasi yang didapatkan tidak mudah hilang begitu saja.
Guru dapat menggunakan metode ini untuk melatih siswa secara berkesinambungan, agar siswa terbiasa dan dapat menguasai metode ini dengan lebih baik. Terciptanya kebiasaan yang baik dapat memacu siswa untuk mampu memahami setiap permasalahan yang dihadapinya dan mampu mencari solusi dengan tepat.
Daftar Pustaka
Artis, Andrew B. (2008). Improving marketing students’ reading comprehension with the sq3r method. Journal of Marketing Education, Volume 30 Number 2 August 2008 130-137 University of South Florida, Lakeland. Retrieved from http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/0273475308318070.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. (2005). Pokoknya Menulis (Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi). Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Brown, H.D. (2001). Teaching by principles an interactive approach to language pedagogy second edition. California: Pearson ESL.
Burns, P.C., Roe, B.D. & Ross, E.P. (1984). Teaching reading in today’s elementary school third edition. Boston: Houghton Mifflin Company.
Carlston, David L. (2011). Benefits of Student-Generated Note Packets: A Preliminary Investigation of SQ3R Implementation. Teaching of Psychology 38(3) 142-146. sagepub.com/journalsPermissions.nav. DOI: 10.1177/0098628311411786. Retrieved from http://top.sagepub.com.
Chettri, Ms.Kushmetta & S.K.Rout. (2013). Reading habtis an overview. IOSR Journal of humanities and social sciense (IOSR-JHSS) Vol. 14: 13-17. Retrieved from http://www.iosrjournals.org/iosr-jhss/papers/Vol14-issue6/C01461317.
Cunningham, A.E. & Staovich, K.E. (1998) What reading does for the mind ? Journal of Direct Instruction, Vol. 1, No. 2, pp. 137–149. Reprinted with permission from The American Federation of Teachers. American Educator, Vol. 22, No. 1–2, pp. 8–15. Retrieved from http://mccleskeyms.typepad.com/files/what-reading-does-for-the-mind.pdf.
Donald, S.G. & Kneale, P.E. (2001). Study skills for language students a practical guide. London: Arnold.
Enre, Fachruddin Ambo. (1988). Dasar-Dasar Keterampulan Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Greenhough, P.&Martin Hughes. (1998). Parents' and teachers' interventions in children's reading. British Educational Research Journal, Vol. 24, No. 4: 382-398. Retrieved from https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/0141192980240402.
Hamra, A. and E. Syatriana. (2012). “A Model of Reading Teaching for University EFL.
Huber, Jennifer A. (2004). A closer look at SQ3R. ED.gov.ies.institute of education science journal. Retrieved from https://eric.ed.gov/?id=EJ705142.
Huda, M. (2015). Penelitian tindakan kelas teori dan praktik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Keraf, Gorys. (1981). Deskripsi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah.
Kunandar. (2008). Penelitian tindakan kelas sebagai pengembangan profesi guru. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
Rudell, M.R. (2005). Teaching content reading and writing. Hoboken: John Wiley & Son Inc.
Rayanto, Y.H. (2015). The effectiveness of using sq3r strategy on teaching reading comprehension. Akademic Research international Vol. 6 (6) Diambil pada tanggal 27 Februari 2017, dari http://www.savap.org.pk/journals/ARInt./Vol.6(6)/2015(6.6-06).pdf.
Soedarso. (2010). Speed reading: sistem membaca cepat dan efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Situmorang, Diana Sriani. (2017). Peningkatakan keterampilan membaca pemahaman dan kemampuan berpikir kritis melalui metode sq3r pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Tempunak Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Tesis, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tierney, R. J., Readence, J.E., & Dishner, E.K. (1990). Reading strategies and practices a compendium. Third edition. USA: Allyn and Bacon.
Widarso, Wishnubroto. (2000). Kiat Menulis dalam Bahasa Inggris. Yogyakarta: Kanisius.
Tulisan karya Rina Harwati, M.Pd,. Sekretaris Bidang Humas, Informasi, dan Kerja Sama Antarlembaga Pergumapi yang pernah dipublikasikan pada prosiding Annual Conference on Madrasah Teachers (ACoMT) Kanwil Kemenag DIY.
Thanks for reading Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Deskripsi dengan Metode SQ3R Siswa MTs Negeri 7 Bantul Tahun Pelajaran 2017/2018 | Tags: Artikel Karya Ilmiah
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Deskripsi dengan Metode SQ3R Siswa MTs Negeri 7 Bantul Tahun Pelajaran 2017/2018
Posting Komentar