Siti Desy Aulia/Kompasiana |
Anak didikku,
tak perlu repot kau bawakan tas dan setumpuk bukuku
atau kau ciptakan rapsodi merdu
yang terlantun dari basah bibirmu di depan pintu
sebagai pelipur penat yang tergambar pada sketsa wajahku
tak perlu jua kau lap peluh merapuh
atau butut dan rengkudah sepatu
yang menjadi saksi pengabdian tak terperi
sebagai bentuk empati akan sebuah dedikasi
cukup bagiku darimu
kau sapih selaksa rinduku
dengan suguhan elok sikapmu
mematri abiwara lalu kau cerna
bersenyawa dengan pekerti seluas sabana
Anak didikku,
tak perlu kau sodorkan nilai selangit
jika di sebaliknya ada tipu menikam
dan kejujuran rapat kau bungkam
hingga buatmu melayang pada gema sanjungan
lupakan rindu yang kutitipkan tentang kebajikan
tak perlu kau lukis pelangi di mataku
jika pandang retinamu berjejak warna suram
mengabur jujur menggiring takabur
pongah merebah badan sekujur
cukup bagiku darimu
kau sapih selaksa rinduku
dengan hati yang lurus tiada berkubang
meskipun jalan terjal merintang
terpaan deras tempias menggilas
angin membadai mengoyak tekad
karena padamu kugantung seladang harap
Anak didikku,
tak perlu kau ajak aku keliling dunia
jika dunia telah merampok sisi manusiamu
menepis kasih memburu nafsu
mengabai liyan demi membangun benteng kejayaan
tak perlu bagiku kebaya sutera
yang katamu cenderamata sebagai balas jasa
karena sesungguhnya jasaku tak pernah kukalkulasi
apakah semahal kebaya atau selembut sutera yang kau beri
cukup bagiku darimu
kau sapih selaksa rinduku
dengan kedamaian khusyuk munajah
dan kiblatmu memaku gelar sajadah
melarung dusta ke dasar samudera
menyemai safi di kedalaman jiwa
Duhai anak didikku,
seumpama kerentaan melaju dan mencuri muda usiaku
maka ingatlah abiwara yang kusemai dalam rajutan ilmu
maka lakukanlah pekerti pada patron lakuku
maka kenangkanlah aku dalam indah lisanmu
karena dengan begitu
aku mampu meneroka surgaloka dari binar matamu yang bercahaya
aku mampu menitipkan semesta di kedua bahumu yang perkasa
Dan jika kau tanya kembali seribu kali tentang arti rinduku
maka pekerti akan berotasi sebagai satu jawabku
ketika ilmu diharga bukan dari sepotong jasa
tapi terukur dari besarnya angka dan kuasa
maka penawar dari segala rindu adalah untaian paramarta
Demak, 24 Desember 2017, dalam Melodi Tak Bersuara, kumpulan karya terseleksi Lomba Puisi Sayembara Goresan Pena “Membangun Karakter Bangsa Melalui Karya Sastra”: Jendela Sastra Indonesia.
Thanks for reading Kepada Anak Didikku | Tags: Puisi Sastra
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Kepada Anak Didikku
Posting Komentar