Twiitter @bentangpustaka |
Judul: The Life-Canging Magic of Tidying Up
Penulis: Marie Kondo
Penerbit: Bentang
Cetakan: Pertama, 2016
Tebal: 206 halaman
ISBN: 978-602-291-244-6
MARIE Kondo mengelola bisnis konsultan terkemuka di Tokyo. Tujuannya membantu para klien menyulap rumah mereka yang berantakan menjadi tempat tinggal yang damai dan menginspirasi. Setelah menghabiskan separuh hidupnya untuk mempelajari seni berbenah akhirnya berhasil merumuskan metode KonMari.
Jika boleh memilih, sebagian besar orang tentu ingin menghuni ruangan yang bersih dan rapi. Itulah kenapa kita perlu mempelajari teknik berbenah dengan cara yang benar.
Ingat-ingat kembali ke masa kecil, kebanyakan kita pernah dimarahi karena tidak merapikan kamar, tetapi berapa banyak orang tua yang secara khusus mengajarkan cara berbenah sebagai bagian dari pendidikan untuk anak? (halaman 2)
Secara garis besar, berbenah hanya terbagi ke dalam dua aktivitas: memutuskan untuk membuang suatu barang atau tidak, kemudian memutuskan hendak menyimpan di mana. Anda tinggal melihat tiap barang, satu per satu, kemudian memutuskan Jika Anda tidak ingin kembali ke kebiasaan berantakan, itulah satu-satunya cara untuk berbenah (halaman 11).
Apa yang menjadi patokan suatu barang dibuang atau disimpan? Jawabannya sederhana, yaitu “membangkitkan kegembiraan” atau tidak. Kita hanya perlu memastikan dikelilingi benda-benda yang disukai.
Kegiatan membereskan rumah yang paling efektif yaitu dengan sistem berbenah berdasarkan kategori. Urutan terbaik untuk memulai berbenah dimulai dari pakaian, lalu buku, kertas, komono (pernak-pernik), dan terakhir kenang-kenangan. Dengan menerapkan urut-urutan tersebut terasah pula insting kita terkait barang mana yang membangkitkan kegembiraan, dan mana yang tidak. (halaman 38).
Tahap pertama beres-beres menggunakan metode KonMari yaitu membuang barang-barang yang tidak “menyentuh hati”. Barang-barang kenangan dibereskan paling akhir karena yang paling sulit. Keengganan kita membuang barang tertentu sebetulnya hanya berakar pada dua penyebab, yaitu keterikatan pada masa lalu atau kecemasan akan masa depan. Saat itu terjadi, kita hanya perlu mengucapkan terima kasih, mensyukuri barang tersebut pernah hadir, dan melepaskan dengan ikhlas atas tugasnya yang usai.
Setelah kegiatan membuang, tahap kedua yaitu penyimpanan barang yang telah terpilih. Setiap barang perlu diletakkan di tempat tersendiri. Itu artinya tiap benda harus memiliki tempat penyimpanan khusus. Barang yang tidak punya tempat tinggal tersendiri, kian besar untuk kembali pada kebiasaan berantakan.
Tidak perlu membuang-buang banyak uang membeli barang khusus untuk menyimpan. Kita dapat menggunakan barang yang ada di rumah, misalnya kotak sepatu atau simpan tas di dalam tas lain.
Selain itu, menyimpan barang hendaknya dilakukan secara vertikal jangan ditumpuk. Bahkan pakaian dan kaos kaki dilipat untuk disimpan secara berdiri. Kenapa? Alasan pertama, jika kita menumpuk barang, tempat penyimpanan niscaya terkesan tak ada habis-habis. Barang bisa ditumpuk terus-menerus sehingga kita akan luput memperhatikan jumlah yang kian bertambah.
Alasan yang kedua yaitu membebani barang yang paling bawah. Ketika barang ditumpuk-tumpuk, benda yang berada paling bawah pasti tergencet. Kebiasaan menumpuk akan melemahkan dan merusak barang yang menopang keseluruhan bobot tumpukan. Selain itu, benda-benda di bagian bawah tumpukan praktis terlupakan karena kita abai.
Dengan menata ulang rumah secara menyeluruh, gaya hidup dan perspektif akan ikut berubah drastis. Kehidupan yang dijalani niscaya mengalami transformasi besar-besaran.
Melalui kegiatan membabat habis situasi berantakan, penghuni rumah akan menikmati efek ajaib. Keajaiban berbenah adalah membuat kita percaya diri akan kemampuan kita dalam mengambil keputusan.
Berbenah sekaligus juga merupakan cara ampuh untuk menguak apa yang kita sukai. Oleh karena itu, selain tidak berantakan lagi melalui berbenah juga akan mendapatkan awal baru dalam hidup kita. Semestinya, berbenah merupakan kegiatan untuk memulihkan keseimbangan antara orang-orang, barang milik mereka, dan rumah mereka. Tempat tinggal memengaruhi raga kita. Ketika mengurangi barang yang kita miliki dan men-“detoks” rumah, raga kita seolah turut terkena imbas detoksifikasi. Begitu keadaan rumah rapi, pikiran damai akan mengikuti.
Selesai membaca buku The Life-Canging Magic of Tidying Up, kita dapat langsung praktik seni beres-beres dan metode merapikan ala Jepang. Cocok dibaca bagi siapapun, terutama ibu dan calon ibu. Selamat mencoba. (*)
Yeti Islamawati, S.S. alumni Universitas Negeri Yogyakarta. Saat ini bergiat di tim humas Kemenag kanwil DIY. Keseharian mengajar di MTs Negeri 9 Bantul. Resensinya pernah dimuat di Harian Bhirawa Jawa Timur, Tribun Jogja, Tribun Jateng, Kabar Madura, serta Majalah Auleea. Tulisannya berupa artikel dan opini pernah dimuat di Republika, Kedaulatan Rakyat, Harian Bernas, dan Majalah Guru Jakarta. Tulisan berjudul "Keajaiban Seni Beres-Beres Menggunakan Metode KonMari" ini disiarkan pertama kali di Radar Sampit edisi 24 September 2017 halaman 20.
Thanks for reading Resensi Buku: Keajaiban Seni Beres-Beres Menggunakan Metode KonMari | Tags: Resensi
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Resensi Buku: Keajaiban Seni Beres-Beres Menggunakan Metode KonMari
Posting Komentar