Republika Online |
TENTU masih melekat dalam ingatan akan masa-masa indah dan natural anak-anak tempo dulu, bagaimana kepolosan anak-anak mendendangkan lagu yang gembira dan lucu.
Seperti yang terjadi suatu hari dalam acara hajatan, di atas sebuah panggung bersama electone cukup ternama di wilayah Yogyakarta ini, anak usia sepuluh tahunan dengan dandanan menor menyanyi dan lincah melenggak-lenggokkan badannya. Yang mengejutkan ketika terdengar lagu yang dinyanyikan bukanlah lagu anak-anak, melainkan lagu pop orang dewasa yang bertema asmara. Saya sependapat bahwa melalui lagu anak-anak dapat diajarkan bagaimana mereka mengetahui sejarah, patriotisme, nilai-nilai keagamaan, kasih orang tua, kepatuhan, dan pendidikan di sekitar mereka.
Begitu juga di lembaga pendidikan, ketika anak-anak diminta menyanyikan lagu daerah, lagu kebangsaan dan sejenisnya ternyata mereka sangat mahir dengan lagu lagu dangdut, pop yang sewajarnya dinyanyikan oleh orang dewasa. Suatu hari penulis membuktikan sendiri, anak-anak lihai menembangkan lagu “Jaran Goyang", "Bojo Galak", "Pikir Keri" dan sebagainya.
Karena konsumsi musik yang tidak sesuai, akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Sebagaimana ungkapan Waluyo Hadi dalam bukunya Pendidikan Seni Musik sebagai Upaya Menumbuhkan Daya Estetika Anak yang mengatakan bahwa “ada korelasi antara pendidikan musik pada awal pertumbuhan anak dengan tingkat kecerdasan dan kepribadian anak” (Waluyo Hadi 2004:37).
Fenomena yang terjadi
Kemanakah lagu anak-anak itu sekarang? Sebuah fakta terjadi dengan semakin menjamurnya dunia musik nusantara saat ini, dan munculnya puluhan band anak muda maka anak-anak kini lebih hafal dan mengenal lagu-lagu orang dewasa karena hampir setiap saat mereka dengar dan saksikan, padahal banyak lagu-lagu dewasa yang dinyanyikan oleh anak-anak sedang lagu tersebut kurang cocok dinyanyikan anak-anak.
Sementara seusia mereka tentu lebih afdol bila menyanyikan lagu-lagu kanak-kanak seperti "Bintang Kecil (Cipt. Daljono), Balonku, Bangun Tidur, Burung Kakak Tua, Cik Cik Periuk, Cemara, Tukang Pos, Tupai (Cipt. AT Mahmud), Nina Bobo, Kasih Ibu, Naik Delman, Tik Tik Bunyi Hujan, Menanam Jagung (Cipt. Ibu Sud), Dua Mata Saya, Topi Saya Bundar, Selamat Ulang Tahun, Selamat Pagi Bu Guru (Cipt. Pak Kasur), Trio Kwek-kwek, Joshua, atau lagu dolanan (Jawa) seperti Cublak-Cublak Suweng, Suwe Ora Jamu dan sebagainya
Begitu juga seabreg permainan digital yang semakin luas dikonsumsi anak-anak membuat mereka lebih asyik bermain sendiri tanpa perlu kebersamaan. Sedang permainan tradisional memiliki banyak manfaat yang baik untuk perkembangan anak karena fisik dan emosi anak terlibat langsung sehingga dapat memengaruhi pertumbuhannya.
Namun kini anak-anak tidak lagi mengenal permainan tradisional yang sangat variatif di setiap daerah bahkan merasa asing terhadap kekayaan permainan tradisional di tanah air ini yang realitasnya mampu mendidik anak dalam membentuk karakter.
Contoh, Permainan Dakon mampu mengembangkan kecerdasan intelektual anak. Bermain Gobak Sodor, permainan yang bersifat kelompok ini memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi .Engklek dan bermain tali, ketika anak meloncat dengan satu kaki dan anak berusaha untuk menyeimbangkan tubuhnya dan loncatan yang dilakukan itu baik untuk metabolisme tubuh anak sehingga kemampuan motorik anak terbentuk.
Pada permainan pesawat pesawatan maupun layang-layang yang terbuat dari kertas, kardus dan lain lain. Permainan ini melatih kreatifitas pada anak, mulai anak tersebut mencari bahan untuk membuat pesawat pesawatan, membayangkan dan merancang agar pesawat pesawatan terlihat lebih menarik.
Harapan akhir, semoga lagu anak dan permainan tradisional tidak akan hilang, sebuah kepedulian dan peran serta semua pihak seperti pemerintah, sekolah, dunia hiburan dan media cetak maupun elektronik untuk secara bersama-sama memerhatikan lagu anak dan permainan tradisional agar kembali hidup dan tidak tinggal cerita kejayaan di masa lalu.
Barokatussolihah, S.Ag. M.S.I., Guru MTs berprestasi nasional yeng memperoleh penghargaan studi visit di UEF Finlandia dan anggota Pergumapi. Tulisan ini disiarkan pertama kali pada Harian Jogja edisi 3436, Jumat Pon 9 Maret 2018 halaman 4.
Thanks for reading Nasib Lagu Anak dan Permainan Tradisional | Tags: Artikel Esai
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
semoga selalu bermanfaat
BalasHapusAamiin. Terima kasih, Bu Ika.
Hapus