Palmettopromise.org |
MALAM itu aku tak dapat tidur, padahal besok pagi aku harus mempersiapkan PR matematika, apalagi guruku super galak, Pak Roni namanya. Entahlah... aku sebenarnya males melihatnya. Orangnya tidak bisa senyum, serius amat. Setiap kali pelajaran dimulai suasana tegang langsung terasa dikelasku. Ngeri… ngeri deh pokoknya!
Bagiku guru yang baik itu seperti Pak Alex, orangnya murah senyum ramah, perhatian, baik sama muridnya tidak pernah marah lagi. Pak Alex... andaikan saja aku juga punya ayah seperi dia alangkah bahagianya hidup ini.
Teng... teng... berbunyi dua belas kali, itu artinya sudah melewati tengah malam. Mendadak aku teringat pada foto postcard di meja belajarku. Di situ terlihat aku, kala itu kelas 1 SD. Aku dengan kedua orang tuaku. Itulah satu-satunya foto kenanganku kala itu, kenangan indah yang takkan terulang kembali.
Aku tak tahu persis kenapa saat itu orang tuaku berpisah, sampai akhirnya ayahku pulang kembali ke rumahnya di Magelang. Dan sejak saat itu pula aku tetap tinggal dengan ibuku dan juga nenekku di rumah ini.
Aku hanya merasakan sebuah kehilangan, Aku merasakan kesedihan yang luar biasa dan sebenarnya itu tetap kurasakan sampai sekarang ketika aku sudah duduk di kelas 2 sebuah SMP negeri dekat rumahku.
Oh ya, namaku Dewi Rahmawati, setiap kali aku merasa kesepian seperti ini aku pasti teringat masa kanak-kanakku yang indah. Ayah, ibu, dan aku sering pergi setiap hari Minggu, ke pusat perbelanjaan, ke Gembiraloka, maupun alun-alun.
Ibuku adalah seorang pekerja keras, aku tidak tahu persis apa pekerjaannya. Yang aku tahu dia sering membawa berbagai bentuk pernak-pernik perhiasan asesoris ke rumah untuk dititipkan para pedagang di pasar/toko terdekat. Baru aku tahu sekarang ibuku seorang distributor asesoris wanita.
Untuk urusan penampilan aku memang sudah terbiasa dengan itu, banyak sekali asesoris yang menjadi koleksiku anting-anting, bando, jepit-jepit indah.
Sedang ayahku waktu itu aku tidak tahu persis apa pekerjaannya, kadang ayah pulang bawa motor yang berbeda padahal minggu yang lalu dia bawa motor warna biru, tapi dua minggu atau satu bulan kemudian motor yang dibawa pulang sudah berbeda warna dan modelnya, ibuku bilang ayahku seorang makelar motor.
Ayahku, memang keras meskipun dia kadang juga baik padaku. Terkadang setiap kali pulang dari kerjanya yang tidak tentu dia langsung bercanda ria denganku, membawakankku oleh-oleh kue donat kesukaanku, tapi pada saat yang lain ayahku pulang agak siang tapi wajahnya tidak ramah, dan tidak langsung menyapaku tapi masuk kamar dan menutup pintu keras keras. Setiap kali situasi itu terjadi aku langsung takut dan kadang kudengar samara-samar percakapan ayah dan ibuku dikamar, entah apa yang dibicarakan mereka. Sesaat kemudian ayahku sudah pergi lagi dengan naik motor dan ketika itu rasa penasaran menjalariku langsung kususul ibuku di kamar.
Aku tidak tahu kenapa kulihat mata ibuku memerah seolah habis menangis, setiap kali kutanya jawaban ibu selalu berubah-ubah kadang perutnya sakit, matanya sakit dan sebagainya. Tapi tampaknya itu hanyalah alasan saja, dia seperti membohongiku.
Pada suatu hari, aku duduk di bawah pohon, aku membawa boneka kesukaaanku, Barbie, pemberian ibuku. Dari jauh ada seseorang berjalan menuju ke arahku. Terlihat kedua tangannya membawa bungkusan, tampaknya kue donat kesukaanku.
Akhirnya seseorang itu berada dekat dihadapanku, ”Dewi, kenapa duduk sendirian di sini, mana orang tuamu?"
“Oh, aku menunggu ibuku, dia sedang ke toko seberang menitipkan barang.”
Lalu orang itu menjawab, ”Oh, begitu. Yah, udah aku temani."
Orang itu duduk di dekatku lalu kami berdua bercakap-cakap tentang banyak hal, tentang pelajaran sekolah, tentang hobi, tentang kehidupan keluargaku. Aneh sekali aku merasakan bahagia sekali bisa mengobrol dengan orang itu. Apalagi dia sangat lucu bisa membuatku terawa terbahak-bahak. Yah. karena dialah Pak Alex yang kebetulan lewat di tempat itu sedang membelikan donat untuk anaknya kebetulan dia melihatku dan menghampiriku.
Tak lama kemudian ibuku datang dan Pak Alex pergi, tentu saja aku dikasih donat kesekaaanku, senang sekali. Bungkusan donat itu kupegang erat-erat seolah sebuah hadiah untukku dan kulambaikan tangan sambil tersenyum begitu kami sudah berlalu. Daaa....
“Dewi, bangun!" tiba-tiba aku sadar. Ternyata aku hanya mimpi, mimpi yang sangat indah. Cepat-cepat aku bangun tidur untuk persiapan sekolah, hari ini hari Senin.
Ups..! hampir saja aku terlambat, lima menit lagi pintu gerbang sudah ditutup. Setiap Senin sekolahku 06.45 siswa sudah masuk halaman, kalau tidak mereka pasti akan kena tutup gerbang. Hari Senin ada upacara dan siswa yang terlambat pasti akan dijadikan satu dan disuruh berbaris tersendiri, menghadap barisan bapak ibu guru. Untung sampai sekarang pun aku belum pernah terlambat, malu….
Pagi itu yang jadi Pembina upacara adalah Pak Alex, aku tidak tahu apa yang dia bicarakan karena ketika kulihat dia yang terbayang adalah mimpiku yang indah semalam. Ketika dia memberiku kue donat persis yang kadang dibelikan ayahku. Aku senang sekali. Apalagi Pak Alex itu memang baik padaku dan tentu saja pada semua teman kecuali anak laki-laki yang bandel itu.
Nilai pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pasti bagus-bagus. Pak Alex memang tidak pelit dalam memberi nilai, berbeda dengan guru yang lain. Mungkin karena itu pula rata-rata siswa menyukai Pak Alex.
Pak Alex juga orang yang terbuka. Dia selalu siap diajak berkonsultasi berbagi cerita bahkan dia tidak segan membagi nomor handphonenya 08572944050. Tapi, anehnya biasanya yang punya nomor Pak Alex hanyalah teman-teman cewek, yang teman cowok sepertinya hanya ada satu dua yang punya nomornya. Mereka pun jarang sekali ber-SMS atau bertelpon dengan Pak Alex.
Dari sekian siswa yang dekat dan sering ngobrol dengan pak Alex, mungkin akulah satu-satunya yang paling terlihat akrab dengan beliau itu. Tak jarang setiap kali pulang sekolah aku sengaja melewati ruangan tempat dia duduk untuk sekedar memastikan apakah guruku tersebut masih berada di sana.
Aku sendiri lupa bagaimana awalnya yang pasti hampir tiap hari aku selalu ber-SMS dengan beliau, hanya sekedar kalimat-kalimat yang bagi Pak Alex biasa saja tapi justru bagiku merupakan kalimat sakti yang mampu memicu semangat belajarku bahkan semangat hidupku tentu saja....
“Selamat siang Pak, Bapak ke mana aja sih? Jjam kosong."
Tidak kusangka pak Alex pun membalasnya, ”Ma'af bapak ada rapat sebentar dengan bapak kepala."
Dan dilain waktu aku pun SMS, ”Pak,,nanti sepulang sekolah saya boleh ketemu Bapak?" Jawaban Pak Alex tentu saja, silakan ke ruanganku.
Siang itu ketika bel sekolah sudah usai aku pun segera bergegas ke ruangan Pak Alex. Saat itu masih ada beberapa guru yang tak berapa lama kemudian sudah pulang. Suasana sekolah terlihat sepi, hanya Pak bon/tukang kebun kami yang masih asyik membersihkan ruangan.
Akhirnya semua mengalir begitu saja. Pak Alex sangat perhatian mendengarkan curhatku tentang rasa sepiku, tentang kerinduanku pada ayahku, tentang keluargaku dan tentang semuanya.
Tiba-tiba Pak Alex mengelus rambutku dan menenangkan hatiku tampaknya beliau sangat memahami apa yang kurasakan. Namun anehnya ada getaran halus dan mendebarkan ketika tangan itu kurasakan bagai membelai hatiku yang terasa kesepian. Aku seolah merasa damai di sampingnya. Aku menemukan sosok ayah yang kurindukan .
Dan tak berapa lama kemudian ketika hari telah mulai menunjukkan pukul 15:00 sore aku kemudian pamit. Sepanjang perjalanan hatiku serasa gembira .
Kini hari-hariku serasa indah. Setiap malam tiba aku selalu ditemani oleh bayang-bayang Pak Alex, guru idolaku. Hampir tiap jam Pak Alex selalu kunantikan. Semua sudah berjalan berbulan-bulan, aku seolah tak dapat lagi melalui hariku tanpa SMS maupun kata-kata Pak Alex yang sangat memicu semangatku.
Namun, pada suatu hari, di hari Senin itu aku sangat terkejut ketika di depan para peserta upacara Bapak Kepala Sekolah mengumumkan, bahwa sebentar lagi ada beberapa guru yang akan dipindahtugaskan ketempat yang baru. Dan aku sangat terkejut karena dari beberapa guru yang berjajar itu salah satunya Pak Alex.
Hari-hari selanjutnya aku serasa kehilangan sesuatu. Setiap kali pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial seolah aku tak lagi bersemangat seperti dahulu. Aku merasa telah kehilangan seorang guru yang selama ini membuatku bersemangat melewati hari-hariku. Aku telah kehilangan guruku tersayang. Pak Alex, meskipun kau bukan guruku lagi tapi kau tetap guruku. Sampai kapan pun semua nasihatmu akan selalu tertanam dalam hari-hariku.
Rita Tiaswari adalah guru MTs Negeri Sleman. Tulisan ini dimuat pertama kali di majalah Chandra 2008.
Thanks for reading Cerpen: Pak Alex, Guruku Tersayang... | Tags: Cerpen Sastra
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Cerpen: Pak Alex, Guruku Tersayang...
Posting Komentar