Rumahkeluargaindonesia.com |
Oleh Ikha Mayashofa Arifiyanti
Memalu Tuhan di jantungku
agar tak menderaikan titik-titik bening merupa rinai
lalu binasakan ketegaran
hingga lunglai dan berujung pada kenelangsaan
saat menatap seribu kehampaan
pada mata sunyimu yang kerontang
Menghalau desau angin di sesak dadaku
mendekap tubuh merapuh, membiru
mencium anyir darah yang masih basah
menyayat kidung kasih di merah telingamu
menyetubuhi kepasrahan dalam aku menerimamu
Anakku,
sungguh tak mau kulukis sketsa luka agar kau tahu
tapi getar rengsaku dahsyat memburu
memompa deras lakrima
tertikam oleh tajam bargawa
tatkala menatap tubuhmu yang tak sempurna
pekat telah merampok harap
baskara terlempar dari retina yang indah
maka,
ambilah cahaya dari kedua mataku
atau gunakan kakiku untuk melaju
hingga gulita temukan pendarnya
menderap langkah taklukkan semesta
Anakku,
dalam kesendirian kupagut bayang wajahmu
satu satu kularung luka bersama riak gelombang
kutanam harap, kusemai selaksa mukjizat
menanti rangkaian fon terujar dari bisu mulutmu
menanti kerlip bintang pada gelap matamu
menanti impuls elektrokimia bersenyawa
lalu moksa
demi damaimu dalam rengkuhku
selamanya
(2 November 2017, persembahan khusus untuk putraku, penderita cerebral palsy)
Ikha Mayashofa Arifiyanti, S.Pd.,M.A. adalah Sekretaris Bidang Kepenulisan Sastra Pergumapi. Sajak ini disiarkan pertema dalam antologi Sketsa Wajah Ibu; Canvas of Unconditional Love (2017).
Thanks for reading Puisi: Pasrah | Tags: Puisi Sastra
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
0 komentar on Puisi: Pasrah
Posting Komentar