Morris the Moose adalah living books yang lahir tahun 1959 hingga sekarang masih banyak digunakan. Foto: .Ytimg.com. |
Sri Narwanti, S.Pd.
Guru Ekonomi dan Kepala Perpustakaan MAN 2 Yogyakarta, Anggota Pergumapi
“Buku, bagi seorang anak yang membaca, lebih dari sekadar buku. Tetapi, ia merupakan impian sekaligus pengetahuan serta masa depan sekaligus masa silam” begitu kata Esther Meynell seorang penulis dari Inggris. Oleh karena itu memilih buku untuk anak merupakan sesuatu yang sangat penting. Penting karena harapannya buku yang dipilih untuk anak, mampu menumbuhkan semangat membaca, memperluas pemikirannya, serta memperkaya kreativitasnya.
Living books = buku yang bergizi
Memilih buku untuk anak ibaratnya memilih makanan untuk pemikirannya. Buku merupakan hidangan mental bagi pembacanya. Maka ketika kita ingin anak-anak membaca tentunya ingin agar mereka membaca sesuatu yang bermutu dan bermanfaat. Ibaratnya menyajikan makanan untuk anak, maka tentu kita ingin menyajikan makanan sehat dan bergizi untuk mereka. Sebutan living books sering disematkan untuk buku-buku yang bergizi. Secara sederhana living books bisa dimaknai sebagai buku yang bermutu. Sedangkan menurut Charlotte Manson living books adalah buku-buku yang menyajikan pemikiran, gagasan, dan wawasan yang menghidupkan imajinasi. Ide-ide di dalam buku tersebut mampu menggugah dan membangun karakter seseorang. Gagasan- gagasannya sanggup membentuk kepribadian seseorang menjadi pribadi luhur.
Dalam upaya menyajikan buku yang bergizi di rumah, orang tua hendaknya memiliki keterampilan memilih buku untuk anak. Dan di sekolah penyediaan buku yang bergizi diupayakan guru dengan perpustakaan. Untuk bisa memilih living books tentunya orang tua dan guru harus mengenanali karakteristiknya. Living books memiliki beberapa kriteria diantaranya adalah pilihan kalimatnya yang bernas, bahasanya indah dan berkesan, ditulis pengarang yang berdedikasi dan kompeten, serta isinya mampu membangun karakter yang positif. Dan, berikut ini tips-tips sederhana memilih living books, yaitu dengan mengenali penulis dan penerbitnya, amati cover, desain dan tipografi, buka dan cermati ilustrasi di dalamnya, terakhir baca sinopsisnya.
Strategi memilih buku bacaan yang baik juga di paparkan dalam buku panduaan Gerakan Literasi Sekolah. Dimana aspek- aspek yang perlu diperhatikan meliputi identitas, materi dan kualitas cetak, bahasa serta ilustrasi. Aspek cerita dalam buku fiksi juga menjadi perhatian antra lain ditulis secara menarik sesuai usia pembaca sasaran, mengandung materi yang sesuai dengan nilai moral dan budaya, pesan moral dalam cerita disampaikan dengan baik tanpa menggurui, serta bersifat multikultural. Sedangkan untuk buku non fiksi idealnya disajikan dengan akurat, sesuai usia pembaca, mewakili perpektif yang beragam/ multikultural, dilengkapi dengan gamabr untuk mempermudah pembaca memahami, serta berasal dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan berbagai kriteria dan tips di atas harapannya kita lebih terampil memilihkan bacaan untuk anak-anak kita. Sehingga efek pemikiran dan karakter positif yang diharapkan bisa ditumbuhkan.
Living Books = Pemikiran sehat = Karakter positif
“Garbage in, garbage out” tentu kita tidak asing dengan istilah ini. Artinya jika yang masuk dalam suatu proses adalah sampah maka yang keluar juga sampah. Maka jika dipersepsikan dengan pemikiran, jika pemikiran diisi dengan hal-hal yang baik, maka yang keluar juga baik. Ketika pemikiran baik dibiasakan maka karakter yang muncul pun karakter yang baik serta positif. Dan bacaan memiliki kontribusi mempengaruhi hal-hal tersebut.
Apa yang biasa dibaca oleh seseorang seringkali berdampak pada pemikiran kemudian mempengaruhi karakternya. Oleh karena itu idealnya membangun kebiasaan membaca, disertai juga memilihkan bacaan-bacaan yang bermutu untuk dibaca. Negara-negara dengan mutu pendidikan yang baik bahkan menetapkan buku yang wajib dibaca oleh siswa, dan ada beberapa negara menetapkan judul buku apa yang wajib dibaca. Berdasarkan data Center for Social Marketing (CSM), jumlah buku yang wajib dibaca siswa SMA di Amerika Serikat sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.
Negara-negara yang menetapkan judul bacaan untuk pelajar salah satunya adalah Finlandia, murid-murid di Finlandia membaca novel Seitsemän veljestä atau Seven Brothers (1870) karya Aleksis Kivi yang menceritakan drama keluarga pedesaan yang pelik. Para pelajar di Iran diwajibkan membaca puisi-puisi karya Hafiz, Ferdowsi, Rumi, dan Omar Khayyam. Buku Max Havelaar karangan Edward Douwes Dekker yang mengisahkan penjajahan Belanda di Banten, menjadi salah satu bacaan wajib siswa di Belgia. Nilai yang terkandung dalam buku tersebut merupakan cikal bakal lahirnya semangat anti kolonialisme di Eropa.
Mengapa negara-negara tersebut antusias mewajibkan jumlah dan judul bacaan tertentu, sebab mereka sadar tentang ekses membaca. Membaca bukan sekedar mengeja kata, membaca juga mengolah rasa. Dengan membaca anak-anak diajak mengasah kepekaan dan membangun kesadaran. Bahkan baru baru ini berdasarkan sebuah studi yang diproduksi oleh Kingston University di London, Inggris, menyimpulkan bahwa mereka yang gemar membaca buku ditemukan memiliki perilaku dan hati yang baik. Orang-orang yang membaca dari hasil studi tersebut memiliki empati yang tinggi dan beretika lebih baik.
Jadi, marilah kita mulai mengajak, membiasakan dan membudayakan membaca. Dan tentu saja dengan mengupayakan buku-buku yang bermutu untuk dibaca. Dengan Gerakan Literasi Sekolah yang sejak 2015 dicanangkan, mari terus membangun semangat membaca. Akhirnya semoga ekses perubahan karakter pada masyarakat kita semoga segera tampak.
Daftar Pustaka
Buku Panduan Gerakan Literasi (SD)
http://www.cmindonesia.com/refleksi/living-books-apa-itu diakses 20 april 2017
http://timorexpress.fajar.co.id/2016/05/16/hari-buku-nasional-dan-rendahnya-minat-baca-masyarakat/ diakses 22 April 2017
https://tirto.id/membaca-menentukan-masa-depan-cmCf diakses 22 april 2017
http://www.antaranews.com/print/254998/max-havelaar-bacaan-wajib-siswa-belgia diakses 22 april 2017
http://nationalgeographic.co.id/berita/2017/05/gemar-baca-buku-pengaruhi-perilaku-sosial-anda diakses 15 Mei 2017 pukul 10.06 WIB
Thanks for reading Living Books untuk Anak-Anak Kita | Tags: Artikel Esai
Next Article
« Prev Post
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Next Post »
Tema yang diangkat sangat menarik.
BalasHapusTerima kasih telah membaca.
Hapus