Pergumapi.or.id--Menulis menjadi hal yang mudah dan menyenangkan bagi yang telah terbiasa. Namun tidak demikian bagi mereka yang belum terbiasa. Sekian lama di depan laptop namun tak kunjung muncul apa yang mau ditulis. Sebenarnya menulis bukanlah sesuatu yang sulit, siapapun dapat melakukannya asal ada niat dan kemauan. Kebiasaan menulis pun dapat dilatih, misalnya dengan bergabung dalam sebuah komunitas kepenulisan, mengikuti workshop kepenulisan, atau lainnya. Salah satu organisasi yang bergerak di bidang kepenulisan adalah Pergumapi (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis).
Dengan moto berkarya, berbagi, dan mengabdi, Pergumapi yang dinakhodai oleh Siska Yuniati, berusaha memfasilitasi anggotanya untuk mendapatkan ilmu tentang kepenulisan. Pada Minggu (17/01/2021) Pergumapi menggelar kuliah daring perdana di tahun 2021. Kuliah daring bertajuk “Cara Gampang Membuat Karya Ilmiah” dihelat via zoom meeting dengan menghadirkan narasumber Ahmad Arief Ma’ruf, Pembimbing Riset dan Guru MAN 2 Sleman.
Dalam panduan moderator Ayu Dewi Widowati dan host Ruba Nurzaman kuliah daring berjalan lancar dan sukses. Dengan gaya khasnya yang humoris, Arief memulai kuliahnya dengan memaparkan kejadian sehari-hari yang banyak dijumpai. “Saya sering menemukan seseorang ketika diajak menulis malah balik bertanya: dapat untuk naik pangkat atau tidak? Seolah-olah menulis itu hanya untuk naik pangkat. Jika tidak dapat digunakan untuk naik pangkat maka tidak perlu dilakukan,”paparnya.
Padahal tujuan menulis tidak hanya sebatas itu. Lebih dari apa yang diharapkan pun dapat diraih dengan menulis. Dengan menulis kompetensi akan meningkat, prestasi teraih, bahkan kebahagiaan pun dapat teraih. Arief mengibaratkan dengan seseorang yang memakai helm. Jika tujuan seseorang memakai helm karena takut kepada polisi maka helm tersebut tak akan dipakai jika tak ada polisi. Berbeda halnya jika tujuan seseorang memakai helm untuk melindungi kepala maka saat dia mengendarai motor, diawasai ataupun tidak oleh polisi maka helm tetap dipakai.
Melalui tayangan power pointnya Arief menunjukkan dua buah akuarium, yang satu berisi tujuh ikan dan yang lain hanya berisi air. Karena ikannya penuh, padahal semua butuh oksigen maka salah satu ikan melompat ke tempat yang kosong. Ini adalah gambaran seorang guru yang mau out of the box, tidak hanya sekedar melakukan rutinitas yang monoton tetapi mau melakukan sesuatu di luar rutinitasnya. Hal ini dapat ditemui pada sosok Arief, selama lebih dari 20 tahun mengabdi sebagi guru, Arif telah mengunjungi 27 propinsi di Indonesia, dua kali meraih gelar magister beasiswa, meraih berbagai penghargaan, dan melahirkan banyak siswa berprestasi di bidang karya ilmiah hasil penelitian di bawah bimbingannya. Luar biasa, ternyata tidak semua guru memiliki rutnitas yang monoton. Guru pun dapat berekspresi dan berprestasi. Semua kembali pada niat dan kemauan masing-masing.
Dalam paparannya tentang Cara Gampang Menulis Karya Ilmiah, Pembimbing Riset andal ini memaparkan bahwa karya ilmiah merupakan hasil karya yang diperoleh dari kegiatan menulis dengan menerapkan konvensi ilmiah. Penulisan karya ilmiah menggunakan logika berpikir dan gaya bahasa yang sistematis. Tiap jenis karya ilmiah memiliki gaya penulisan yang berbeda. Pria yang suka berpantun ini menuturkan dalam pantunnya, “Jika ingin manis, harus rajin berkaca. JIka ingn menulis, harus rajin membaca.”
Arief menyampaikan pula tentang kiat suksesnya mengantarkan sekian banyak siswa memboyong berbagai penghargaan. Di antara kiatnya adalah membaca karya ilmiah hasil penelitian minimal 10 karya (untuk siswa) dan 20 karya (untuk guru). Melalui browser dapat dicari “Judul Penelitian Didanai 2020 pdf”. Klik kata kunci spasi pdf. Biasanya berupa jurnal. Mengapa didanai? Karena biasanya karya penelitian yang didanai itu telah melalui beberapa tahapan seleksi yang ketat, sehingga berkualitas. Selain itu dapat juga dibuka situs GARUDA (Garda Rujukan Digital) dan ini free. Di situ terdapat 1.286.880 artikel hasil penelitian dalam bentuk jurnal.
Kiat berikutnya adalah carilah sebanyak-banyaknya karya ilmiah yang mirip, bacalah sekilas, dan cermati. Ternyata semua hal pernah diteliti. Judul penelitian boleh sama tetapi subyeknya harus berbeda. Bagaimana mengantisipasi adanya plagiarisme? Bacalah berbagai karya hasil penelitian minimal sebanyak yang telah disebutkan di atas. Jika hanya membaca 1 karya saja maka kecenderungannya mengarah ke plagiarisme.
Setelah membaca berbagai karya maka kiat selanjutnya adalah menulis daftar pustaka agar tidak ada sumber yang terlewatkan. Melalui Daftar Pustaka seseorang dapat belajar bagaimana tata aturan penulisan sumber referensi yang berupa jurnal, buku, makalah, ataupun lainnya. Siswa tidak diberi ikan tetapi diberi pancing. Menurut John Dewey, Learning by Doing. Siswa harus praktik menemukan sendiri cara membuat daftar pustaka. Inilah yang dinamakan pendekatan scientific. Belajar berdasarkan pengamalan bukan penghafalan.
Menurut Arief, karya ilmiah tidak harus panjang atau tebal, yang penting lengkap, singkat, dan jelas. Dirinya pernah memenangkan juara 1 lomba karya ilmiah lingkungan hidup hanya dengan karya setebal 5 lembar A4 spasi ganda. Saat itu dia mengangkat tema Pengelolaan Sampah Perkotaan Berbasis Sekolah.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah dalam menulis harus berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) agar tidak terdapat kesalahan dalam penulisan ejaan. Apalagi sebagai guru. Siswanya yang bernama Akbar, seorang difabel netra, berusia 18 tahun, kelas XI tidak pernah salah dalam menuliskan kata. Buku karyanya banyak terjual dan dia juga berhasil meraih juara 2 dalm lomba MYRES 2020.
Bagaimana karya ilmiah yang bagus? Karya ilmiah yang bagus adalah karya ilmiah yang selesai. “Ada siswa saya yang bercerita bahwa dia tidak dapat menyelesaikan karyanya. Lalu saya katakan buatlah cerpen mulai dari endingnya baru kemudian awalnya,” tutur Arief disertai tawanya yang khas.
Sebagai penutup kuliah, Arief menyampaikan pepatah Arab Man Jadda Wajada, Siapa yang Sungguh-sungguh akan Sukses.
Belum selesai di sini, kuliah daring masih dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Beberapa pertanyaan yang masuk, antara lain dari Sukarti: “Apakah ada batasan-batasan tertentu sehingga sebuah karya ilmiah dianggap plagiat?” Cek plagiarisme dengan turnitin pasti ada sekian persen unsur plagiarisme. Menurut Arief agar sebuah karya tidak terjebak pada plagiarisme ada beberapa cara: (1)Tiap kalimat yang dikutip disebutkan seumbernya, (2)Karya yang pernah ditulis dan mirip dengan karya kita maka disebutkan dalam kajian teori, (3)Setiap sumber yang dijadikan referensi harus ada dalam daftar pustaka.
Selanjutnya pertanyaan dari Susi Ana: “Bagaimana kiat agar karya ilmiah siswa menang dalam lomba?” Beberapa kiatnya adalah (1)membaca pemenang-pemenang tahun sebelumnya. Jika jurinya sama maka bacalah trend penjuriannya, (2)melihat peluang, hindari penelitian IPA karena penelitian IPA biayanya mahal dan saingannya berat, (3)persiapan tidak boleh mendadak, (4)hindari memilih judul yang ringan, pilihlah judul yang berbobot.
Masih dari Susi Ana: “Karya penelitian setebal 5 lembar yang berhasil meraih juara 1, meneliti apa?” Tema yang diangkat adalah pengelolaan sampah perkotaan bebasis sekolah. Dalam pengelolaan sampah banyak unsur yang terlibat: lingkungan, adanya kekontinuan, perlunya sadar lingkungan (darling). Dari semua itu maka perlu adanya ekstrakurikuler wajib di sekolah tentang pengelolaan sampah ini.
Selanjutnya pertanyaan dari Umi Hidayati: “Bagaimana cara menuliskan di daftar pustaka jika mengambil dari beberapa penelitian ilmiah?” Tidak berbeda jauh dengan penulisan dari sumber berupa buku, perlu mencantumkan nama penulis, tahun terbit, judul artikel, kota, dan nama penerbit. Hanya saja, ada perbedaan penulisan untuk beberapa urutan, yaitu pastikan nama di Daftar Pustaka adalah penulis asli, dahulukan penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi, baru dilanjutkan dengan penulisan sumber jurnal yang memuat artikel tersebut.
Pertanyaan terakhir dari Aa Nurdiaman: “Apa contoh judul artikel yang pernah menjadi juara?, Tips ouline tulisan yang simpel itu seperti apa?” Contoh judul yang meraih juara: Metamorfosis Sejarah Topeng Ireng dari Tuntunan Menjadi Tontonan, Korelasi Kebiasaan Sholat Tahajud dengan Tingkat Kecemasan, Ayat-ayat Kimia dalam Al Quran, Kemampuan Siswa Difabel Netra dalam Menghadapi Era 4.0.
Sementara itu menjawab outline simpel, Arief menyampaikan bahwa karya ilmiah itu banyak macamnya, ada yang onlinenya mengikuti prosedur umum seperti Latar Belakang (1,5 halaman), Kajian Teori (1 halaman), Metode Penelitian (ada kejelasan), Pembahasan (tidak bertele-tele), dan Daftar Pustaka. Salah satu strategi adalah menampilkan jurnal luar negeri di Daftar Pustaka, meskipun hanya mengambil beberapa kalimat darinya.
Kuliah daring ditutup oleh moderator Ayu Dewi Widowati dengan permohonan pada Sang Narasumber untuk menulis sebuah buku tentang karya tulis ilmiah. Dengan gayanya yang khas Arief pun menyampaikan bahwa Ketua Umum Pergumapi, Siska Yuniati jauh sebelumnya pun meminta hal yang sama. Kita doakan semoga buku tentang karya tulis ilmiah oleh Ahmad Arief Ma’ruf segera terbit. Sukses untuk Pergumapi, Mari Berkarya, Berbagi, dan Mengabdi. (nsh)